Menelisik Langkah-langkah yang Diambil Taiwan buat Taklukkan Virus Corona
Taiwan, wilayah yang memerintah sendiri namun diklaim China sebagai wilayahnya, menjadi contoh pihak yang berhasil mengendalikan pandemi virus corona baru (COVID-19).
Uniknya, wilayah ini dekat dengan China daratan —tempat wabah COVID-19 pertama kali muncul pada Desember 2019—, dan bukan anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Data worldometers pada Selasa (5/5/2020) pukul 12.00 yang dikutip SINDOnews.com, Taiwan memiliki 438 kasus COVID-19 dengan 6 kematian dan sebanyak 334 pasien berhasil disembuhkan. Dari data itu diketahui, sebagian besar pasien berhasil disembuhkan.
Sejak Maret lalu, tidak ada kasus baru COVID-19 yang dilaporkan. Menteri Kesehatan Chen Shih-chung, yang juga mengepalai Pusat Komando Epidemi Sentral Taiwan (CECC), telah mengonfirmasi hal tersebut.
Menurut Taiwan News, 338 pasien coronavirus di wilayah itu adalah orang-orang yang telah kembali dari luar negeri.
Kelompok riset yang berbasis di Oxford, Our World in Data, juga mencermati wilayah dengan populasi lebih dari 23 juta tersebut, yang mencatat jumlah kasus virus corona terendah per 1 juta orang di mana pun di dunia selama 50 hari terakhir.
Hebatnya, kondisi terjadi tanpa pemberlakuan lockdown total. Sekolah dan bisnis melanjutkan operasi secara normal, tetapi orang-orang tetap diminta untuk memakai masker dan secara ketat mengikuti tindakan pencegahan COVID-19.
Pelajaran untuk Dunia
Tanggapan efektif Taiwan telah dikaitkan dengan kesiapsiagaan awal, keahlian kesehatan, kompetensi pemerintah, dan kewaspadaan.
Menurut laporan Council on Foreign Relations (Dewan Hubungan Luar Negeri) yang berbasis di AS, Taiwan memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang potensi virus corona baru menular dari manusia ke manusia pada 31 Desember 2019. Namun, WHO tidak merespons.
"Sebaliknya, WHO mendukung penyangkalan China terhadap penularan dari manusia ke manusia sampai 21 Januari. Ketika WHO terlihat meremehkan ancaman global, Taiwan mengadopsi langkah-langkah kuat untuk menyaring, menguji, melacak kontak, dan menegakkan karantina," bunyi laporan tersebut.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga mendapat pujian karena kepemimpinannya yang menentukan selama krisis coronavirus.
"Kembali pada bulan Januari, pada tanda pertama penyakit baru, dia (Tsai) memperkenalkan 124 langkah untuk memblokir penyebaran (COVID-19), tanpa harus menggunakan penguncian yang menjadi hal biasa di tempat lain," bunyi laporan yang diterbitkan Majalah Forbes.
Sebuah laporan yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA) Maret lalu mengatakan pemerintah Taiwan menerapkan pembelajaran dari pengalamannya dengan wabah SARS 2003.
"Tim pejabat yang terlatih dan berpengalaman dengan cepat mengenali krisis dan mengaktifkan struktur manajemen darurat untuk mengatasi wabah yang muncul ... Melalui pengakuan awal krisis, pengarahan harian kepada publik, dan pesan kesehatan yang sederhana, pemerintah dapat meyakinkan kembali publik dengan memberikan informasi yang tepat waktu, akurat, dan transparan mengenai epidemi yang berkembang," lanjut laporan itu.
"Taiwan adalah contoh bagaimana masyarakat dapat merespons dengan cepat terhadap krisis dan melindungi kepentingan warganya."
Beberapa pakar kesehatan internasional memuji Taiwan karena persiapan cepat dan intervensi awal atas pandemi COVID-19.
"Karena pelajaran keras yang dipelajari Taiwan selama epidemi SARS pada 2003, itu lebih siap untuk wabah coronavirus daripada banyak negara lain," kata Dr Chunhuei Chi, seorang profesor kesehatan masyarakat di Oregon State University di AS.
Pemerintah Taiwan memberlakukan larangan perjalanan pada pengunjung dari China, Hong Kong dan Makau segera setelah jumlah kasus virus korona mulai meningkat di daratan China.
Mengantisipasi tingginya permintaan akan masker pada akhir Januari, pemerintah Taiwan mulai menjatah pasokan masker yang ada. Warga Taiwan sekarang dapat pergi ke toko obat yang ditunjuk di seluruh pulau itu untuk berbaris dan membeli masker dalam jumlah tertentu setiap minggu. Chi menunjukkan bahwa kebijakan ini juga telah digandakan di negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Prancis.
"Taiwan meningkatkan kekuatan sektor manufakturnya dan menginvestasikan sekitar USD6,8 juta untuk menciptakan 60 lini produksi masker baru," kata Chi, seperti dikutip DW.com.
"Ini meningkatkan kapasitas produksi harian Taiwan dari 1,8 juta masker menjadi 8 juta masker. Ini disebut 'Masker Keajaiban Taiwan'."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: