Tips Aman Berinternet: 3 Langkah Jauhi Peretasan Data Pribadi, Catat!
"Para peretas jahat itu memasukkan variasi kata sandi dengan kombinasi berbeda," kata CEO perusahaan keamanan siber Cyble, Beenu Arora. Jika salah satu kata sandi berfungsi di satu layanan, seperti bank seluler, maka itu akan dijual lagi di situs ilegal.
Mengapa itu terjadi? Karena banyak pengguna yang menggunakan kata sandi yang sama di situs berbeda.
"Jika ada pencurian data, peretas akan mencoba nama pengguna dan kata sandi dari basis data curian itu ke layanan lain, seperti bank, Google, dan sebagainya," jelas Pakar Keamanan Siber, Bruce Schneier.
Cek Status Anda: Apakah Sudah Jadi Korban Peretasan?
Sejumlah perusahaan menawarkan layanan untuk memindai situs ilegal secara gratis. Dengan begitu, Anda bisa memeriksa apakah Anda sudah jadi korban peretasan?
Namun, pemindaian itu tak mudah. "Tak ada cara bagi perusahaan untuk mencari seluruh data diĀ dark web," tulis para peneliti keamanan siber di perusahaan perangkat lunak antivirus, NortonLifeLock.
Jika hanya ingin tahu apakah informasi pribadi Anda sudah diretas atau belum, Anda bisa menggunakan layanan seperti monitor.firefox, AmlBreached.com, HaveIBeenPwned karya mahasiswa Harvard.
Gunakan Kata Sandi yang Unik dan Rumit
Menurut Pakar Keamanan Siber Schneier, Anda dianjurkan menggunakan kata sandi yang sekiranya terdiri dari 15 karakter, kombinasi antara huruf dan angka.
Bagi Anda yang tidak ahli mengingat puluhan kata sandi berbeda, pakar menyarankan agar Anda memakai pengelola kata sandi seperti 1Password, LastPass, dan Dashlane.
Namun, perlu diperharikan, layanan pengelola kata sandi itu pun terkadang rentan diretas. Contohnya, LastPass diretas pada 2015; data pribadi berupa surel, pengingat kata sandi, dan kata sandi yang dienkripsi pun bocor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: