Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masalah Lingkungan Akibat Plastik Sintetis? Plastik Sawit Solusinya!

Masalah Lingkungan Akibat Plastik Sintetis? Plastik Sawit Solusinya! Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penggunaan plastik sintetis hingga saat ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bahkan, hampir tidak mungkin untuk menjalani hidup normal tanpa plastik. Dari pakaian yang digunakan, perlengkapan mobil, hingga hampir semua perangkat elektronik mengandung komponen plastik.

Anak-anak bermain dengan mainan plastik dan menghabiskan beberapa tahun pertama kehidupan mereka dengan popok berbahan plastik. Meskipun plastik sintetis telah banyak berkontribusi dalam kehidupan sehari-hari lantaran ketahanan, elastisitas, fleksibilitas, keterjangkauan, dan sifat termalnya, penggunaan plastik sintetis tersebut makin hari makin banyak menimbulkan masalah lingkungan.

Baca Juga: Bahu-Membahu, Lembaga dan Industri Sawit Terus Lawan Covid-19!

Plastik sistetis hanya mengandung sedikit enzim alami sehingga proses penguraian di alam akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Apabila plastik sintetis dibakar, akan melepaskan gas berbahaya bagi lingkungan seperti hidrogen sianida.

Untuk mengatasi hal tersebut, dunia terus berupaya beralih mencari dan menggunakan plastik yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai di alam. Salah satunya yakni polyhydroxyalkanoates (PHAs) yang merupakan poliester yang disintesis oleh sejumlah mikroorganisme sebagai penyimpan energi bahan-bahan organik di bawah kondisi substrat yang tidak seimbang.

PHA tersebut dapat dihasilkan dari minyak nabati terutama minyak kelapa sawit. Sebagaimana diketahui bahwa minyak sawit merupakan minyak nabati paling efisien di dunia dibandingkan jenis minyak nabati lainnya. Terlebih, industri kelapa sawit juga mampu menghasilkan sejumlah besar produk turunan dan limbah yang kaya akan asam lemak serta berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku untuk aplikasi bioteknologi seperti produksi PHA lewat proses fermentasi mikroba. Dalam sebuah studi ditunjukkan bahwa PHA dari minyak nabati umumnya lebih baik dibandingkan PHA yang dihasilkan dari gula atau bahan baku lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: