Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Era New Normal, Industri Kelapa Sawit Indonesia Makin Potensial!

Era New Normal, Industri Kelapa Sawit Indonesia Makin Potensial! Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tak hanya menyerang manusia secara physical, wabah Covid-19 juga telah "melukai" roda perekonomian hampir seluruh sektor di Indonesia. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang didasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 akhirnya menjadi salah satu opsi yang diambil pemerintah dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia.

Pasca pemberlakuan PSBB dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, upaya mitigasi dan kesiapan tempat kerja seoptimal mungkin perlu dilakukan. Setelah melewati berbagai evaluasi, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan pertimbangan studi epidemiologis dan kesiapan regional.

Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Rp2,78 Triliun untuk Pengembangan Sawit Berkelanjutan

Statement Presiden RI, Joko Widodo, yang sempat viral terkait "hidup berdampingan dengan Covid-19" nampaknya menjadi opsi yang harus diambil agar roda perekonomian Indonesia kembali berputar. Melansir catatan Pengamat Ekonomi Agribisnis dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Dr.Tungkot Sipayung mendefinisikan era new normal (normal baru) sebagai suatu gaya hidup baru dengan menjadikan protokol pencegahan penularan Covid-19 yakni pakai masker, sanitasi/cuci tangan, jaga jarak, dan jaga imunitas tubuh sebagai kebiasaan baru sehari-hari agar mata rantai penyebaran infeksi Covid-19 dapat diputus.

Skema new normal tersebut menjadikan industri kelapa sawit Indonesia akan makin berkilau. Lantas, mengapa demikian?

Industri kelapa sawit menghasilkan produk-produk biosurfaktan seperti sabun mandi, sabun cuci, deterjen, shampo, hand wash, hand sanitizer, dan sejenisnya yang sangat dibutuhkan masyarakat dunia untuk menjaga kebersihan diri, apalagi selama pandemi Covid-19.

Perkebunan kelapa sawit merupakan sumber penghasil vitamin A (beta karoten) dan Vitamin E (tokoferol) terbesar dibandingkan jenis tanaman lainnya di dunia. Dari produksi minyak sawit Indonesia yang sekitar 50 juta ton/tahun, dapat dihasilkan sekitar 25 ribu ton vitamin A dan 30 ribu ton vitamin E.

Industri kelapa sawit juga dapat menghasilkan produk-produk biodisinfektan/biopestisida untuk memenuhi kebutuhan sanitasi rumah, mobil, kantor dan lingkungan. Selain ramah lingkungan, penyediaannya juga berkelanjutan.

Minyak sawit sebagai bahan pangan mengandung asam lemak yang sangat penting bagi tubuh yakni asam lemak palmitat yang berfungsi untuk memelihara fungsi paru paru. Oleh karena itu, diperkirakan pada era new normal akan terjadi peningkatan konsumsi minyak sawit.

Memasuki era new normal, dapat dibayangkan bahwa sebanyak 6 miliar orang penduduk dunia akan membeli lebih banyak sabun, hand wash, hand sanitizer, deterjen, serta biodisinfektan/biopestisida setiap harinya. Selain itu, konsumsi vitamin A dan E untuk menjaga imunitas dan fungsi paru paru juga akan meningkat.

Selama pandemi Covid-19, tren ke arah tersebut sudah mulai tampak. Buktinya, volume ekspor oleokimia (biosurfaktan) Indonesia ke China, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat selama kuartal I-2020 meningkat sebesar 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Setelah berhasil menjadi raja minyak sawit dunia, Indonesia berpeluang besar menjadi raja biosurfaktan, raja biodisinfektan, serta raja vitamin A dan E dunia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: