Ya Tuhan! Kembali Berulah, Aksi Donald Trump Tuai Amarah dan Kecaman Keras dari Pemuka Agama!
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tak pernah lepas dari kontroversi. Baru-baru ini, Trump kembali berulah dengan berfoto di depan Gereja Episkopal St John sambil memegang Alkitab. Foto tersebut pun langsung memicu amarah dan kecaman dari para Uskup dari Keuskupan Episkopal Washington.
Dilansir dari AFP, seorang pendeta bernama Mariann Budde menilai bahwa Trump telah melakukan tindakan yang tidak terpuji, di mana ia memanfaatkan Alkitab sebagai sesuatu yang sakral hanya untuk kepentingan politik.
Baca Juga: Dihajar Rupiah ke Level Rp14.100, Mimpi Buruk Dolar AS yang Memerah secara Global Dimulai dari Sini
"Itu traumatis dan sangat ofensif, dalam artian bahwa sesuatu yang sakral disalahgunakan untuk isyarat politik. Kekuatan simbolis kitab suci kita, (Trump) memegang di tangannya seolah-olah itu adalah pembenaran posisi dan otoritasnya," tegas Budde, dilansir pada Rabu (3/06/2020).
Sebagai informasi, Gereja Episkopal St John merupakan tempat yang menjadi pusat aksi protes di Washington atas kematin George Floyd. Namun, kunjungan Trump ke tempat tersebut dinilai Budde bukan untuk berdoa dan mengakui penderitaan kolektif orang kulit hitam di AS. Dalam kacamata Budde, aksi Trump itu sama sekali tak mencerminkan penyesalan atas kematian George Floyd.
Baca Juga: Gegara Alasan Kuat Ini, Joe Biden Lepaskan Serangan Paling Agresif pada Trump
"Presiden malam ini baru saja menggunakan Alkitab dan gereja diosis saya sebagai latar belakang untuk pesan yang bertentangan dengan ajaran Yesus dan segala sesuatu yang diperjuangkan oleh gereja kami. Untuk melakukan itu, ia menyetujui penggunaan gas air mata oleh petugas polisi dengan perlengkapan antihuru-hara untuk membersihkan halaman gereja," tulis Budde di akun Twitter pribadinya.
Budde bukan satu-satunya pemuka agama yang geram atas aksi Trump tersebut. Seorang Uskup Ketua Gereja Episkopal, Michael Curry, juga bersikap serupa, mengecam tindakan Trump yang memanfaatkan simbol keagamaan seperti gereja dan Alkitab hanya untuk kepentingan politik.
"Ini dilakukan pada masa yang sangat menyakitkan di negara kami dan tindakannya tidak melakukan apa pun untuk membantu atau menyembuhkan kami,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: