Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Alasan Galaksi Bima Sakti Punya Lebih Sedikit Bintang dari yang Lainnya

Ini Alasan Galaksi Bima Sakti Punya Lebih Sedikit Bintang dari yang Lainnya Kredit Foto: ESA/Hubble, M. Kornmesser
Warta Ekonomi, Washington -

Riset yang dilakukan para astronom mendapat alasan mengapa bintang dan planet di galaksi Bima Sakti lebih sedikit dibanding dengan galaksi lainnya. Mereka mendapat bahwa keberadaan lubang hitam alias blackhole yang mempengaruhi hal tersebut.

Seperti diwartkan, Iflscience, Jumat (5/6/2020) lubang hitam di dalam galaksi bimasakti, Sagittarius A nyatanya memiliki pengaruh terhadap keberadaan gas di sekelilingnya. Daya gravitasi lubang hitam tetrsebut menarik masuk gas-gas yang dibutuhkan untuk melahirkan planet baru.

Baca Juga: Para Astronom Kaget, Galaksi Bima Sakti Rupanya Tampilkan Hal-hal Mengejutkan

Astronom mengatakan, sebetulnya ada banyak hidrogen di dalam galaksi Bima Sakti untuk membuat bintang. Namun hal tersebut tidak terjadi karena ada sesuatu yang tidak kondusif untuk melahirkan bintang baru tersebut.

"Masih ada aspek lubang hitam galaksi kita yang tidak dapat dijelaskan dengan gravitasi saja dan edan magnet mungkin bisa membantu memecahkan misteri ini," kata Direktur Asosiasi Antariksa Universitas dan penasihat sains senior SOFIA, Joan Schmelz.

Penelitian baru ini dipresentasikan pada pertemuan virtual American Astronomical Society dan dibangun di atas karya terbaru yang dilakukan dengan observatorium SOFIA. Mereka melacak partikel debu kecil yang sejajar dengan medan magnet.

Hal tersebut memungkinkan tim untuk mengamati pergerakan medan magnet di sekitar Sagittarius A. Temuan mereka mengungkapkan bahwa kekuatan medan magnet cukup untuk mengendalikan gerakan gas yang berada di sekililing lubang hitam tersebut.

Pengamatan yang dilakukan para astronom itu memiliki resolusi 10 kali lipat dari deteksi sebelumnya. Hal itu menjadi kunci untuk memodelkan lingkungan sekitar Sagittarius A dengan benar. Para peneliti menyarankan para astronom untuk memasukkan penemuan baru ini dalam pemodelan objek mereka.

Seperti diketahui, lubang hitam berukuran supermasif terletak sekitar 26 ribu tahun cahaya dari Bumi. Keberadaannya telah diamati oleh Event Horizon Telescope.

Kolaborasi penelitian itu bertanggung jawab untuk gambar pertama dari lubang hitam meskipun gambar itu masih dalam proses. Baru-baru ini, para peneliti telah mendeteksi flicker dalam emisi hot spot material yang mengorbit lubang hitam tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: