Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Talak Cerai Aramco, Pertamina Ngarep Kurangi Impor BBM

Talak Cerai Aramco, Pertamina Ngarep Kurangi Impor BBM Kredit Foto: Nytimes.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) mengakhiri kerja sama dengan Saudi Aramco dalam pembangunan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah. Kini Pertamina tengah mencari partner baru. Jika kilang ini kelar, perseroan bisa mengurangi ketergantungan impor sekaligus mengerek daya saing produk BBM Indonesia.

Hal ini diungkapkan Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang. Menurutnya, sesuai kesepakatan akhir tahun lalu, perjanjian kerja sama dengan Aramco sampai akhir April 2020 adalah untuk melakukan studi atau analisis.

Pihak Aramco menyadari pembangunan RDMP Cilacap ini sangat penting untuk segera dijalankan. Namun, setelah melakukan komunikasi secara intens, Aramco memilih fokus pada hal-hal lain. Sehingga tidak bisa bergabung dalam proyek ini.

Baca Juga: Sindiran Orang MUI Jleb Banget: Kemarin Penghina Alquran Jadi Bos Pertamina, Sekarang...

"Sudah ada surat resmi CEO-nya ke Presdir Pertamina, bahwa silakan dilakukan, silakan menjalankan Cilacap. Artinya, Aramco tidak bisa bergabung untuk membangun Cilacap," ujarnya melalui video conference di Jakarta, kemarin (5/6/2020).

Menurutnya, bila ke depan ada proyek lain, kedua pihak akan membicarakan kembali peluang-peluang kerja sama yang ada. "Pertamina kini cari partner baru. Lahan sudah clear, sambil lihat peluang apa yang bisa dibangun lebih dulu sambil mencari partner baru," katanya.

Ia menuturkan, selain mempersiapkan skema bisnis baru, ia juga melihat adanya peluang percepatan untuk beberapa proyek. Seperti biorefinary berskala kecil atau setara dengan standar emisi Euro 5. Hal ini sebagai bagian dari modifikasi kilang RDMP Cilacap.

"Mungkin 2022 sudah bisa beroperasi biorefinery skala kecil di sana. Lalu perbaikan kualitas untuk penuhi standar Euro 5," katanya.

 

Ia menargetkan, RDMP Cilacap selesai dibangun pada 2022. Nantinya, modifikasi ini akan menambah kapasitas kilang Cilacap dari saat ini 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 ribu bph. 

Bukan hanya itu, kompleksitasnya akan ditingkatkan, jadi jauh lebih modern. Nelson Complexity Index yang sekarang 4 bakal menjadi 9,4.

"Dengan kenaikan kapasitas dan kompleksitas, produksi bensin (gasoline) kilang Cilacap akan bertambah 80 ribu bph, produksi solar meningkat 60 ribu bph, dan avtur bertambah 40 ribu bph," ungkapnya.

Ia mengakui, membangun kilang merupakan keharusan bagi negara dalam rangka menjaga ketahanan energi dalam negeri. Selama ini, kilang-kilang yang dimiliki perseroan umurnya sudah tua dan menggunakan teknologi lama.

Baca Juga: 2026 Tanpa Impor, Proyek Kilang Cilacap Jalan Terus Meski Covid-19

Karenanya, perlu dilakukan upgrading kilang agar dapat memberikan nilai tambah, dan meningkatkan kualitas dari setiap produk yang dihasilkan.

"Semula kapasitas terpasang total 1 juta barel, tapi optimalnya hanya 850 ribu barel. Dan hanya mampu menghasilkan produk BBM sebanyak 680 ribu barel. Artinya, pada saat itu harus impor setengahnya. Sementara konsumsi BBM nasional 1,3-1,4 juta barel. Hampir 40 persennya harus impor," bebernya.

Melihat tingginya ketergantungan impor selama beberapa tahun terakhir, sambung dia, makanya perlu meningkatkan kapasitas kilang. Ada lima kilang besar yang menjadi prioritas perusahaan. Yakni di Balikpapan, Balongan, Dumai, Cilacap dan Plaju, Sumatera.

"Kilang kita usianya ada yang 30 tahun, 50 tahun. Makanya, daya saing kilang kita rendah, profit pun rendah. Karena teknologi kilangnya nggak bisa bersaing dengan negara lain," akunya.

Ia berharap, dengan dilalukannya upgrading kilang-kilang itu, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Sekaligus memenuhi aturan yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2017, yang mewajibkan Pertamina agar hasil BBM-nya setara dengan Euro 4. "Ini concern kita untuk ubah kualitas kilang kita tidak lagi di Euro 2, tapi menjadi euro 4 bahkan 5," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: