Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mayoritas Restrukturisasi Kredit UMKM di Sumut Berasal dari Medan

Mayoritas Restrukturisasi Kredit UMKM di Sumut Berasal dari Medan Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
Warta Ekonomi, Medan -

Sebagai pusat ekonomi Sumut, mayoritas restrukturisasi kredit UMKM di Sumut berasal dari Medan (pangsa 48,8% terhadap total restrukturisasi kredit UMKM Sumut)

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut), Wiwiek Sisto Widayat mengatakan untuk kredit UMKM selain di kota Medan ada beberapa kabupaten di wilayah dataran tinggi (Tapanuli Utara, Toba Samosir, dan Karo) serta Nias.

"Namun perlu diwaspadai mengingat pangsa restrukturisasi kredit UMKM-nya cukup besar (20%-35%) dan pertumbuhan kredit restrukturisasi UMKM-nya sangat tinggi (di atas 300%, mtm), kendati pangsanya terhadap Sumut relatif kecil (di bawah 5%)," ujarnya, Selasa (9/6/2020).

Baca Juga: Masuk New Normal, Aplikasi Layanan Transfer Beda Bank Ini Tetap Terapkan WFH

Baca Juga: Ruhut Klaim Jokowi Bisa Atasi Corona, Sampai Minta Barisan Kadrun Gak...

Sedangkan pelaku UMKM paling terdampak Covid-19, terbukti dari hampir setengah (40,4%) dari total kredit UMKM-nya direstrukturisasi. Sementara, Jasa Perorangan juga perlu diwaspadai mengingat pertumbuhan kredit restru UMKM-nya sangat tinggi (685,16%, mtm). 

"Di sisi lain, Perdagangan sebagai LU dengan pangsa kredit UMKM terbesar juga perlu diperhatikan, mengingat pertumbuhan restru kredit UMKM-nya berada di atas agregat (220,67%, mtm)," ujarnya.

Selain UMKM, Wiwiek mengatakan untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan menunjukkan perlambatan. Dari sisi pendanaan, DPK April tercatat Rp240,2 triliun, tumbuh 6% (yoy) melambat dibandingkan bulan sebelumnya 8,1% (yoy). 

"Berdasarkan golongan nasabah, perlambatan DPK tumbuh melambat pada April terutama didorong oleh golongan nasabah swasta yang diindikasi berasal dari korporasi. Sementara berdasarkan jenisnya, penurunan terjadi pada giro (pangsa 14%) dan deposito (pangsa 41%) di tengah kenaikan dana tabungan," katanya.

Sedangkan, untuk kredit macet atau non-performing loan (NPL), lanjut Wiwiek, tercatat meningkat (dari 3,7% menjadi 3,78%) terutama disebabkan kenaikan NPL sektor penyediaan Akmamin dan Industri Pengolahan.

"Secara sektoral, peningkatan kredit bermasalah terutama terjadi pada sektor penyediaan akmamin dari 6% menjadi 17% serta sektor industri pengolahan dari 4% menjadi 5%. Sementara, berdasarkan jenis penggunaan, kenaikan NPL terpantau pada jenis kredit investasi," pungkasnya.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: