Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukti-bukti Kuat Ini Ungkap Zionis Israel Bakal Runtuhkan Masjid Al Aqsa

Bukti-bukti Kuat Ini Ungkap Zionis Israel Bakal Runtuhkan Masjid Al Aqsa Kredit Foto: Reuters/Ammar Awad
Warta Ekonomi, Jakarta -

Apakah Masjid al-Aqsa benar-benar akan diruntuhkan? Lalu, apa yang akan dibangun di atas kompleks Masjid al-Aqsa (al Haram al-Sharif)? Eskatologi Israel mengonfirmasi bahwa di atasnya akan dibangun Kuil Sulaiman Ketiga (the third temple). Model kuil ketiga ini sudah banyak beredar.

Menurut keyakinan orang Yahudi, kuil tersebut akan dibangun messiah yang mereka tunggu kedatangannya. Sang messiah juga akan merestorasi Israel seperti era keemasannya di masa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, mengembalikan orang Yahudi ke Israel, dan memimpin dunia dari Yerusalem.

Baca Juga: Teriakan Allahu Akbar Menggema saat Masjid Al Aqsa Dibuka Kembali

Tapi, messiah yang mereka tunggu bukanlah Nabi Isa al-Masih sebagaimana yang dinanti umat Islam dan Kristen, karena mereka telah menolaknya. Mereka menantikan messiah yang lain.

Di Israel, gerakan untuk membangun Kuil Ketiga ini sudah marak dilakukan berbagai lembaga. Salah satunya adalah The Temple Institute atau Machon HaMikdash. Organisasi yang didirikan dan dipimpin Rabi Yisrael Ariel, ini, tanpa malu-malu memublikasikan tujuan mereka yaitu menggusur Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah Batu (the Dome of Rock), kemudian menggantinya dengan Kuil Ketiga.

Mereka telah memperkenalkan gagasan dan model Kuil Ketiga itu, dalam berbagai kegiatan seperti diskusi, pameran, dan lain-lain. Logo organisasi ini adalah model Kuil Ketiga, dengan slogan "build we must".

Dan, kendati Perjanjian Lama dan Talmud telah mengonfirmasi bahwa kuil tersebut akan dibangun messiah, Temple Institute tak sabar untuk turun tangan. Mengutip Mosheh ben Maimon (Maimonides), filsuf Yahudi Spanyol di era Khilafah Umayyah, mereka menyatakan siapapun yang memulai pembangunan Kuil Ketiga, berpotensi menjadi messiah. Pandangan ini ditentang sejumlah sarjana yang menganut pemikiran Maimonides, yang tetap menunggu sang messiah datang membangunnya.

Pembangunan Kuil Ketiga ini merupakan gagasan populer di kalangan Yahudi sayap kanan, dan secara tradisional dianggap merupakan agenda politik main stream Israel. Tapi, pemerintah Israel masih melarang pembicaraan terbuka soal itu. Sejumlah kalangan di Israel menilai pembicaraan soal itu masih dibatasi karena ada anggapan Muslim akan segera melakukan Perang Dunia jika gagasan itu benar-benar terwujud.

Sampai saat ini, Haram al-Sharif masih dikelola Yayasan Wakaf, sebuah lembaga keagamaan di bawah pemerintah Yordania dan Palestina. Meski demikian, sesekali gagasan tersebut meluncur dari mulut para pejabat tinggi Israel. Salah satunya Menteri Konstruksi dan Perumahan Israel, Uri Ariel, yang beberapa waktu lalu mengatakan sangat ingin Kuil Ketiga tersebut dibangun.

“Masjid al-Aqsa saat ini berdiri di tempat kuil pernah dibangun, padahal kuil itu lebih suci dibanding Masjid al-Aqsa. Masjid al-Aqsa hanyalah masjid suci ketiga umat Islam,” kata Uri Ariel, seperti dikutip Alray Palestinian News Agency, awal Januari 2014 lalu.

Pada Juli 2013 lalu, harian terkemuka Israel, Haaretz, melansir berita hasil polling Temple Institute, bahwa sebanyak 30 persen Yahudi-Israel menginginkan Kuil Ketiga dibangun kembali, sebanyak 25 persen mengaku tak terlalu yakin, dan 45 persen menolak.

Tapi, khusus untuk kalangan religius Yahudi, jumlahnya lebih tinggi, yaitu sebanyak 43 persen menghendaki agenda tersebut terwujud. Angka ini lebih tinggi dibanding saat ditanyakan kepada kalangan ultra-orthodox dan ultranasionalis, masing-masing hanya 20 persen yang setuju. Sedangkan, untuk kalangan sekuler, hanya 31 persen yang setuju.

Bagaimana dengan kalangan Kristen? Survei yang digelar Christianforums.com, mendapati sebagian besar pengunjung situs web tersebut (65,38 persen) menolak pendirian Kuil Ketiga, karena akan mengakibatkan perang besar, yang ongkosnya terlalu mahal ketimbang sebuah kuil.

Sebanyak 17,95 persen menyatakan setuju karena itu terdapat dalam Perjanjian Lama, Kitab Yehezkiel 40:48, dan 6,41 persen setuju pembangunan kuil karena merasa bangsanya akan diberkati jika mereka memberkati orang-orang Yahudi.

Dalam catatan sejarah, di kalangan Yahudi pengikut Nabi Isa-yang menjadi cikal bakal Nasrani, ada anggapan bahwa kehancuran Yerusalem dan Kuil Kedua di tangan Romawi pada tahun 70, merupakan hukuman Tuhan kepada kaum Yahudi, karena mereka menolak Nabi Isa sebagai messiah. Kalangan Kristen di Palestina, sejak pendudukan Israel, juga termasuk yang tertindas.

Meski pemerintah Israel tak mau membuka wacana ini, bahkan melarang pejabatnya mengunjungi kompleks Haram al-Sharif, karena khawatir dianggap melakukan provokasi, namun mereka menjalankan agenda tersebut dengan cara yang lain. Yaitu, meneruskan penggalian di kompleks Masjid al-Aqsa.

Penggalian untuk kepentingan arkeologis di sekitar Kompleks Mas jid al-Aqsa sebenarnya telah berlangsung lama. Bahkan, sejak 1870, saat wilayah tersebut masih berada di bawah Khilafah Usmani, para insinyur dari Kerajaan Inggris telah melakukan penggalian.

Tapi, penggalian tersebut kian intensif dilakukan setelah Israel merebut Yerusalem Timur dari tangan bangsa Arab (Yordania) pada 1967. Kompleks al- Haram al-Sharif terletak di Kota Tua di Yerusalem Timur. Di Kota inilah dulu Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman memerintah.

Penggalian intensif sejak 1967 dilakukan di bawah naungan Kementerian Urusan Agama Israel. Pada 1968, penggalian dilakukan di bagian selatan Masjid al-Aqsa, dilan jutkan dengan penggalian bagian barat Masjid al-Aqsa sejak 1970. Sejumlah terowongan pun kemudian dibuat di bawahnya.

Penggalian yang kerap menggunakan alat berat tersebut, telah menyebabkan keretakan pada struktur bangunan-banguan suci di atasnya. Pembangunan terowongan-terowongan di kompleks tersebut, juga dikecam karena akan melemahkan fondasi bangunan di atas nya, termasuk fondasi Masjid al-Aqsa. Bahkan, beberapa bagian fondasi Masjid al-Aqsa telah runtuh dibuatnya.

Alhasil, penggalian itu dicurigai bukan lagi sekadar untuk kepentingan arkeologis, tapi upaya terstruktur dan sistematis untuk meruntuhkan Masjid al-Aqsa, yang kelak diganti dengan Kuil Ketiga. Penggalian tersebut, bukan hanya menuai protes dari Muslim, tapi juga dari berbagia kalangan, termasuk lembaga seperti PBB. Namun, tak ada satu pun yang mampu menghentikan Israel.

Januari 2014 lalu, misalnya, Maan News Agency, sebuah kantor berita di Palestina,melaporkan tim arkeologi Israel kembali melakukan penggalian di sekitar terowongan antara Masjid al-Aqsa dan Silwan.

Pihak Yayasan Masjid al-Aqsa menyatakan penggalian tersebut merupakan proyek Israel untuk membangun biblical park, di area sekitar Kota Daud. Taman itu luasnya 2.200 meter persegi, dan akan terkoneksi dengan sejumlah terowongan yang telah digali di bawah Masjid al-Aqsa. 

Sebagian terowongan yang dibuat Israel pernah runtuh, sehingga harus dibuka dari atas. Akibatnya, rumah-rumah warga Palestina, jalan-jalan, dan masjid lokal terkena imbasnya. Dalam jangka panjang, penggalian yang di pusatkan di seputar al-Aqsa, mengancam kompleks suci itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: