Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gawat! Kalau Perang Pecah, China Menang Alutsista, India Kantongi Pengalaman

Gawat! Kalau Perang Pecah, China Menang Alutsista, India Kantongi Pengalaman Kredit Foto: Reuters/Danish Ismail

Kekuatan militer China berada di peringkat ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Posisi India tepat di belakang ketiga negara itu.

Meski secara jumlah personel militer, China kalah jumlah dari India, tetapi kelengkapan alutsista untuk angkatan udara (AU), darat (AD) hingga laut (AL) Tiongkok lebih unggul dari segi jumlah.

Anggaran pertahan China juga jauh lebih besar dari anggaran militer India. Nominalnya nyaris empat kali lipat dari anggaran militer India.

China juga menaikkan anggaran untuk pertahanannya hingga 6,6% untuk tahun ini menjadi RMB 1.268 miliar atau setara dengan US$178,6 miliar. Namun menurut perhitungan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) anggaran militer China mencapai US$261 miliar.

Menurut Global Firepower, Tiongkok memiliki 21.830.000 serdadu aktif dan 510.000 pasukan cadangan. Sedangkan India diperkuat oleh 14.440.000 tentara dan 210.000 prajurit pelapis.

Angkatan Darat

Kekuatan Angkatan Darat China meliputi 3.500 tank, 33.000 kendaraan artileri mobilitas tinggi (self-propelled artillery), artileri tarik (towed artillery) 3.600 unit, 2.650 peluncur roket.

Akan halnya India punya 4.292 tank, 8.686 kendaraan lapis baja (armoured vehicles), 4.060 artileri tarik, dan 266 peluncur roket.

Angkatan Udara

Total pesawat udara China mencapai 3.444 unit, yang terbagi atas 1.232 pesawat tempur, 371 pesawat pembom, 224 pesawat transpor, 314 pesawat latih, 111 pesawat untuk misi khusus, 911 helikopter dan 281 helikopter serbu.

Sedangkan India memiliki 2.141 pesawat. Terdiri dari 538 pesawat tempur, 172 pesawat pembom, 250 pesawat transport, 359 pesawat latih, 77 pesawat untuk misi khusus, 722 helikopter serta 23 helikopter serbu.

China juga unggul dalam jumlah pangkalan udara, yakni sebanyak 507 berbanding 346 yang dimiliki India.

Angkatan Laut

China saat ini memiliki dua kapal induk, 36 destroyer, 52 frigat, 50 korvet, 74 kapal selam, 220 kapal patrol, dan 29 kapal pemburu ranjau.
Di sisi lain, India diperkuat oleh sebuah kapal induk, 10 destroyer, 13 figat, 19 korvet, 16 kapal selam, 139 kapal patrol dan tiga kapal pemburu ranjau.

Senjata Nuklir

Menurut buku tahunan SIPRI 2020, China mempunyai 320 hulu ledak nuklir, sedangkan India memiliki 150 senjata pemusnah masal.

Nah, mengacu pada data tersebut, dari sisi persenjataan tentu saja China lebih unggul. Tapi itu tidak berarti jika perang benar-benar meletus, Tentara Pembebasan Rakyat ?sebutan untuk tentara China-pasti mengungguli lawannya. Jangan salah, soal perang di era modern India jauh lebih berpengalaman.

Sejak berpisah dengan Pakistan tahun 1947, India sudah empat kali berperang dengan saudaranya. Pokok persoalan perang itu, tiga diantaranya dipicu oleh saling klaim wilayah Kashmir (1947, 1965, 1999). Satu perang lainnya menyangkut masalah wilayah Pakistan Timur (1971).

Kashmir adalah lembah luas yang terletak di ujung barat Pegunungan Himalaya. Secara politik, Kashmir terbagi menjadi tiga daerah: Jammu, Kashmir, dan Ladakh. Wilayah ini terkenal sangat subur dan indah karena dialiri oleh air lembah dari sungai-sungai, juga dikelilingi gunung.

Yang menjadi persoalan, kawasan Kashmir yang memang tak bertuan itu berbatasan dengan tiga negara berbeda. Selain India dan Pakistan, ada pula China yang teritorinya juga bersinggungan dengan Lembah Kashmir.

India menguasai 43 persen wilayah Kashmir, Pakistan mengklaim 37 persen, sedangkan China 20 persen sisanya. Inilah yang membuat Kashmir disebut sebagai zona paling termiliterisasi di dunia. Polemik yang paling sengit terjadi antara India dengan Pakistan. Urusan semakin rumit karena India pernah menuduh Pakistan telah memberikan 8 ribu kilometer persegi wilayah Kashmir kepada China.

Sepanjang tahun 1999, lebih dari 250 ribu peluru, bom, dan roket, menghujani Pakistan. Hingga saat ini, konflik India vs Pakistan belum juga berakhir. Beberapa kali masih berlangsung insiden-insiden bersenjata meskipun dalam level yang tidak terlalu besar, juga aksi bom bunuh diri seperti yang terjadi pada 4 Februari 2019 lalu di Kashmir.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: