Jumlah pasien rawat jalan di klinik keluarga berencana rumah sakitnya juga telah turun dengan cepat selama beberapa bulan terakhir. Sementara di provinsi La Union, Filipina utara, seorang dokter di rumah sakit kesehatan perdesaan, Rocelle Casilla, mengatakan bahwa beberapa pasiennya juga terpaksa melakukan hubungan tanpa perlindungan.
"Wanita di sini lebih suka kontrasepsi suntik, yang melindungi mereka selama tiga bulan. Banyak dari mereka yang dijadwalkan untuk injeksi baru pada April, namun selama lockdown ketat, hanya datang kepada kami bulan ini," kata dia.
Ada kekhawatiran yang berkembang atas dampak pandemi Covid-19 pada layanan keluarga berencana secara global. UNFPA memperkirakan sebanyak tujuh juta kehamilan yang tidak diinginkan dapat terjadi di seluruh dunia sebagai akibat dari krisis corona ini.
Aktivis juga telah meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga di seluruh dunia di negara-negara mulai dari Brasil hingga Jerman, Italia, hingga China. Direktur regional internasional Planned Parenthood Federation untuk Asia Timur, Tenggara, dan Oceania, Tomoko Fukuda mengatakan orang-orang yang terjebak di rumah dalam lingkungan yang kasar mungkin tidak memiliki kendali atas kesehatan seksual mereka.
"Terkurung di rumah dan tidak bisa keluar, itu memengaruhi banyak hal, dalam hal pengambilan keputusan wanita," katanya.
Marie Stopes International juga telah memperingatkan jutaan aborsi yang tidak aman secara global dan ribuan kematian ibu lainnya. Di Filipina melakukan aborsi adalah melanggar hukum.
Meskipun pembatasan telah dilonggarkan, persediaan peralatan pelindung untuk staf rendah, demikian juga komoditas dan obat-obatan. Tidak ada kondom yang tersisa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: