Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jangan Asal Beli Smartphone! Ini Bahaya yang Mengintai

Jangan Asal Beli Smartphone! Ini Bahaya yang Mengintai Kredit Foto: Kaspersky
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengguna smartphone rupanya harus lebih jeli bukan hanya dalam penggunaan, melainkan juga saat pembelian ponsel. Perangkat lunak bawaan yang terdapat di dalam ponsel rupanya berpotensi menjadi ancaman siber bagi penggunanya.

Beberapa vendor secara terbuka mengakui menanamkan adware di ponsel cerdas mereka, sementara beberapa mengizinkannya dinonaktifkan. Yang lainnya tidak dan mereka menggambarkannya sebagai bagian dari model bisnis untuk mengurangi biaya perangkat bagi pengguna langsung. Seringkali, pengguna memiliki pilihan terbatas antara membeli perangkat dengan harga penuh atau sedikit lebih murah, tetapi dengan iklan seumur hidup.

Baca Juga: Alternatif Baru di Industri Smartphone: Huawei Mobile Services

"Analisis kami menunjukkan bahwa pengguna seluler tidak hanya secara signifikan diserang oleh adware dan ancaman lainnya, tetapi perangkat mereka juga mungkin berisiko bahkan sebelum sampai di tangan. Pelanggan bahkan tidak menyangka bahwa mereka sudah menghabiskan banyak biaya untuk itu," ujar Igor Golovin, peneliti keamanan Kaspersky dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/7/2020).

Menyusul analisis serangan pada perangkat seluler, Kaspersky turut mengungkap bahwa 14,8% penggunanya yang menjadi target malware atau adware di tahun 2019 menderita infeksi partisi sistem sehingga menyebabkan file berbahaya tidak dapat dihapus. Selain itu, aplikasi default prainstal juga berperan di sini: tergantung pada mereknya, risiko aplikasi yang tidak dapat dihapus bervariasi dari satu hingga lima persen terdapat pada perangkat biaya rendah (low-cost), dan dapat meningkat hingga 27% dalam kasus ekstrem.

Infeksi partisi sistem mengandung risiko tingkat tinggi bagi pengguna perangkat yang terinfeksi karena solusi keamanan tidak dapat mengakses direktori sistem yang berarti tidak dapat menghapus file berbahaya. Menurut peneliti Kaspersky, jenis infeksi ini menjadi cara lebih umum untuk menginstal adware-perangkat lunak yang dibuat untuk menampilkan iklan yang mengganggu. Infeksi dapat terjadi melalui dua jalur: ancaman memperoleh akses root pada perangkat dan menginstal adware di partisi sistem; atau melalui kode untuk menampilkan iklan masuk ke firmware perangkat bahkan sebelum berakhir di tangan konsumen.

Di antara ancaman yang ditemukan dalam direktori sistem, Kaspersky menemukan berbagai program berbahaya-mulai dari Trojan yang dapat menginstal dan menjalankan aplikasi tanpa sepengetahuan pengguna hingga yang paling sederhana dan tidak begitu mengancam seperti tampilan iklan, tetapi tetap mengganggu.

Dalam beberapa kasus, modul adware bahkan sudah diinstal sebelum pengguna menerima perangkat mereka sehingga dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Misalnya, banyak ponsel cerdas memiliki fungsi yang menyediakan akses jarak jauh ke perangkat, tetapi jika disalahgunakan, fitur seperti itu dapat menyebabkan kompromi data pada perangkat pengguna.

"Beberapa pemasok perangkat seluler berfokus pada memaksimalkan keuntungan melalui alat iklan dalam perangkat, bahkan jika alat tersebut menyebabkan ketidaknyamanan bagi pemilik perangkat. Namun, ini bukanlah tren yang bagus-baik untuk keamanan dan kegunaan. Saya menyarankan pengguna untuk melihat dengan cermat model ponsel cerdas yang ingin mereka beli dan memperhitungkan risiko ini. Akhirnya, mungkin pengguna akan dihadapkan pada pilihan antara membeli perangkat yang lebih murah atau yang lebih ramah pengguna," lanjut Igor.

Untuk menghindari risiko yang ditimbulkan oleh adware pada perangkat seluler, Kaspersky merekomendasikan hal seperti memeriksa ulasan pengguna sebelum membeli perangkat. Jika perangkat Anda terinfeksi, periksa pembaruan firmware atau cobalah untuk memasang firmware alternatif dengan berbagai pertimbangan sebelumnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: