Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Pemulihan Belum Optimal, UMKM Bahkan Terancam Gagal Bayar

Program Pemulihan Belum Optimal, UMKM Bahkan Terancam Gagal Bayar Perajin membuat kursi berbahan baku rotan di industri rumahan Reka Wahana, Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/8). Menurut Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (Himki) industri mebel rotan Indonesia menyumbang 1,7 miliar dollar AS dari perdagangan produk rotan dunia yang mencapai 6,5 miliar dollar AS. | Kredit Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dinilai berperan penting dalam menjaga roda ekonomi di Indonesia. Karena itu, revitalisasi UMKM menjadi kunci utama untuk menghidupkan kembali mesin perekonomian di masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Tokoh enterpreneur Indonesia, Sandiaga Uno mengungkapkan UMKM selama ini berkontribusi sebesar 97% terhadap penciptaaan lapangan kerja. Namun, kondisi UMKM saat ini menghadapi masa-masa sulit mulai dari penurunan omzet penjualan hingga ancaman gagal bayar sehingga berpotensi meningkatkan tekanan pada sektor keuangan.

Karena itu, Sandi menilai pemerintah perlu memprioritaskan kembali fokus ekonomi ke depan. Pasalnya, di setiap krisis, peran UMKM sangat besar untuk bangkit.

Baca Juga: Sri Mulyani Cerita 3 Pejuang UMKM: Tak Menyerah Dihantam Covid-19

"Pemerintah saat ini sudah membuat paket kebijakan untuk membantu pelaku UMKM dengan anggaran Rp34,15 triliun. Namun, realisasinya masih rendah. Padahal pelaku UMKM juga memiliki keluarga yang harus dihidupi, ditambah adanya tekanan akibat naiknya biaya rumah tangga," kata Sandi di Jakarta, Sabtu (10/7/2020).

Sementara itu, Founder KAHMIPreneur, Kamrussamad menjelaskan untuk menggerakkan UMKM di dalam negeri, pihaknya meluncurkan gerakan Agropreneur Insiatif dengan harapan dapat mengurangi tekanan terhadap perekonomian akibat pandemi Covid-19. Saat ini pertumbuhan tertekan sangat dalam sehingga memicu penambahan jumlah pengangguran hingga 5–6 juta orang.

"Ada beberapa sektor usaha tidak bisa tumbuh seperti real estate, financial service, pariwisata dan transportasi. Tapi, ada juga bisnis yang jadi kekuatan baru, yaitu agriculture. Karena kebutuhan kita masih belum bisa dipenuhi di dalam negeri, maka masih impor. Sehingga dia menegaskan perlu adanya perkembangan dalam usaha agropreneur," jelasnya.

Kamrussamad menambahkan pemerintah memang sudah memberikan kebijakan. Namun, pelaku usaha, lanjutnya, kini menanti kepastian penerapan era kenormalan baru atau new normal.

Sebab, menurutnya, pandemi Covid-19 sampai saat ini belum bisa dipastikan kapan meredanya. Dalam beberapa hari terakhir, tingkat penambahan kasus positif Covid-19 masih tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: