Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau lebih sering dikenal sebagai pesawat tanpa awak ini ternyata sudah lama dikembangkan oleh AS saat perang dingin sekitar tahun 1947-an. Namun saat itu Amerika belum bisa menciptakan alat-alat canggih seperti saat ini.
AS menggunakan burung merpati sebagai drone pengintai musuhnya. Dikutip dari CIA, Kamis (16/7/2020), namun saat itu Kantor penelitian dan pengembangan CIA sudah mengembangkan kamera kecil dan cukup ringan untuk dibawa oleh seekor merpati.
Baca Juga: Mau Tambah Tekanan ke China, AS Akan Perluas Pembatasan Teknologi
Kamera kecil tersebut dipasangkan dengan cara diikat ke bagian dada burung merpati. Barulah setelah itu merpati dilepaskan. Dengan kamera berjalan, merpati akan terbang tepat di atas sasaran atau musuh.
Melakukan kegiatan dengan ribuan burung lainnya, merpati menyembunyikan perannya sebagai mata-mata CIA dalam pengumpulan informasi. Cara kerja pengambilan gambar layaknya kamera pada umumnya.
Namun pemasangan kamera di burung merpati dinilai lebih baik jika dibandingkan dengan pengambilan foto satelit yang jarak pengambilan gambarnya dari puluhan ribu dan ratusan mil dari target.
Sementara burung merpati mengambil gambar dari jarak yang lebih dekat, sehingga gambar yang dihasilkan pun lebih detail dibanding dari satelit.
Kamera mungil yang terpasang di badan merpati menggunakan tenaga baterai untuk pengoperasiannya. Sehingga hal ini tidak membuat merpati merasa berat dan tidak terlihat mencurigakan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: