Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Nawarin Jabatan ke Purnomo, Penyalahgunaan Kekuasaan Pak!

Jokowi Nawarin Jabatan ke Purnomo, Penyalahgunaan Kekuasaan Pak! Kredit Foto: Twitter/bolabangetidn
Warta Ekonomi, Jakarta -

Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memanfaatkan kekuasaan dengan menawarkan jabatan kepada Achmad Purnomo sebagai kompensasi penyuksesan ambisi politik putranya, Gibran Rakabuming Raka dinilai sebagai pelanggaran etika.

Wakil Wali Kota Surakarta, Achmad Purnomo yang juga calon wali kota yang rekomendasinya dialihkan ke putra Presiden mengaku bahwa dirinya dipanggil ke Istana Presiden untuk membicarakan urusan Pilkada dan politik lokal Surakarta.

Baca Juga: Aparat Gagal Tangkap Djoko Tjandra, Pak Jokowi Turun Tangan Dong!

Bahkan, Purnomo mengaku dirinya ditawari jabatan oleh Presiden sebagai kompensasi atas perubahan arah rekomendasi partainya (PDIP) kepada putra Presiden Gibran Rakabumingraka.

Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta Ahmad Khoirul Umam mengatakan, cara-cara seperti itu cenderung mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) berbasis nepotisme atau kepentingan sanak-famili mereka yang sedang berkuasa.

”Melakukan deal-deal politik praktis di Istana untuk kepentingan anaknya, dalam kapasitasnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, jelas itu tidak patut dilakukan seorang Presiden,” ujar Khoirul Umam, Minggu (19/7/2020).

Baca Juga: Gibran Singkirkan Purnomo, Pilkada Rasa Pilpres

Tawaran jabatan itu, menurut Khoirul Umam, mengandung makna bahwa Presiden berusaha memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya untuk memperlancar kepentingan pribadi anak dan keluarganya.

"Dilihat dari berbagai sudut pandang, cara-cara berpolitik yang kasar dan vulgar ini tentu tidak produktif untuk pembangunan demokrasi Indonesia ke depan," katanya. 

Dikatakan Khoirul Umam yang juga Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI), kekuasaan memang mudah melenakan orang.

"Dulu bangga menyatakan anak dan keluarganya tidak tertarik dengan kekuasaan. Namun setelah angin berganti dan ambisi mencuat, justru kekuasaan negara yang ada ditangan berusaha dimanfaatkan untuk menyukseskan ambisi keluarga sendiri," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: