Teaching factory (TEFA) adalah model pembelajaran berbasis produk (barang/jasa) melalui sinergi Lembaga Pendidikan Pertanian, dalam hal ini Politeknik Pembangunan Pertanian dengan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri.
TEFA dilaksanakan dengan kondisi dibuat semirip mungkin dengan apa yang dilakukan dalam dunia kerja industri. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada mahasiswa. Pelaksanaan TEFA juga harus melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan stakeholder lainnya dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi, maupun evaluasi.
Baca Juga: BPPSDMP Kembangkan Teknologi Kualitas Karkas Sapi Belgian Blue
Pembelajaran melalui Teaching Factory bertujuan untuk menumbuhkembangkan karakter dan etos kerja (disiplin, tanggung jawab, jujur, kerja sama, dan kepemimpinan) yang dibutuhkan DU/DI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) serta meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dari sekadar membekali kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based training).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam setiap kesempatan mengungkapkan, perlu adanya Lembaga Pendidik Pertanian yang berfungsi sebagai wadah untuk mencetak tenaga SDM Pertanian yang andal, profesional, maju, mandiri, dan modern karena pengelolaan pertanian saat ini harus dilakukan dengan melibatkan teknologi. Mentan menegaskan, pertanian harus bergerak secara maju, mandiri, dan modern.
Senada dengan arahan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa mesin cetak SDM unggulan ada di Lembaga Pendidikan. Kementerian Pertanian punya Lembaga Pendidikan vokasi.
"Lembaga pendidikan ini berperan penting membentuk generasi muda milenial sebagai pelaku pertanian yang maju, mandiri, dan modern: pelaku pertanian yang link dan match dengan dunia usaha/dunia industri. Dengan begitu, ketika lulus, langsung terjun sebagai petani milenial andal, kreatif dan berdaya saing, serta mampui bekerja profesional sebagai insan pertanian yang mampu menggerakan produktivitas pangan ke arah ekspor dan menjadikan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia," terang Dedi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (23/7/2020).
Pendidikan vokasi pertanian, lanjut Dedi, memiliki tujuan untuk menghasilkan alumni yang berkualitas, qualified job creator atau bisnis entrepreneurship yang tinggi, itu sudah merupakan keharusan. Sistem pembelajaranya pun punya karakteristik khusus, yaitu 30% belajar teori dan 70% praktik langsung dengan mekanisme magang di Dunia Usaha dan Dunia Industri dan bekerja di masyarakat; menularkan ilmu yang diperoleh selama masa pendidikan.
Terkait hal tersebut, metode pembelajaran TEFA digunakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Kementerian Pertanian, salah satunya Polbangtan Bogor. Dukungan tenaga pendidik andal, sarana prasarana terstandar, serta jejaring kerja sama mumpuni diperlukan.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti, mengungkapkan bahwa kondisi link and match antara Politeknik Lingkup Kementan atau UPT Pendidikan BPPSDMP dengan DU/DI sudah dilakukan. Demikian pula pola pembelajarannya, kurikulum dan praktik pembelajaran diselaraskan dengan kebutuhan DUDI.
Menindaklanjuti hal itu, Polbangtan Bogor sebagai UPT Pendidikan BPPSDMP melakukan pengembangan atau peningkatan fasilitas TEFA dengan melakukan "Design Smart Green House". Upaya ini tentunya dilakukan dengan tujuan peningkatan sarana prasarana dalam mendukung sistem pembelajaran TEFA untuk mahasiswa Polbangtan agar dapat meningkatkan kompetensi dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktik produksi pertanian di lokasi Smart Green House.
Smart Greenhouse adalah greenhouse yang diciptakan menggunakan teknologi terkini untuk mengatur tanaman yang ditanam, seperti kadar air, nutrisi, pupuk, dan suhu di dalam greenhouse. Penggunaan sistem otomatis dapat membantu mengatur sebuah greenhouse hanya menggunakan sebuah sistem yang dapat dioperasikan menggunakan gadget atau komputer.
Selain lebih mudah dalam mengontrol tanaman, petani pun tidak lagi bekerja ekstra untuk mengukur kadar air, atau nutrisi, karena dengan mudah dapat melihat data yang terdapat pada sistem otomatis. Seperti halnya untuk menyalakan fan ketika suhu tidak sesuai ketentuan atau menambahkan nutrisi jika kurang. Menggunakan mekanisme contoh kerja suhu, sensor membaca suhu, suhu tidak sesuai pengaturan, dengan sendirinya sistem menyalakan fan hingga suhu sesuai kebutuhan tanaman.
Dengan mulai melakukan design smart green house ini, diharapkan Polbangtan Bogor dapat meningkatkan kualitas kegiatan TEFA bagi mahasiswa untuk menghasilkan alumni yang qualified job creator dan qualified job seeker yang dibutuhkan DU/DI.
(VTR- Pusdiktan)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum