"Pemahaman terhadap permasalahan lingkungan dan peran masyarakat sangat penting agar tidak terjadi eksploitasi air tanah yang berlebihan. Dengan teknologi tersebut, siapa pun bisa berkontribusi dalam digital humanitarianism untuk membantu komunitasnya. Setiap orang dapat berkontribusi data yang sekaligus unik dan berdampak," jelas Ahsan dalam siaran pers yang diterima Warta Ekonomi, Jumat (24/7/2020).
Karya inovatif ini menggabungkan berbagai jenis data, antara lain data pantauan satelit, data demografi, data banjir, dan data cuaca. Kemampuan ini didapat melalui kemampuan koneksi berbagi pakai data online geospasial yang sudah diberikan oleh Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, BMKG, dan Jakarta Satu milik Pemda DKI Jakarta.
Achmad Istamar, CEO Esri Indonesia, mengungkapkan, adopsi teknologi digital yang pesat di Indonesia juga dirasakan di bidang geospasial. Teknologi dan cara berbagi pakai data ini potensial untuk memecahkan berbagai masalah dan tantangan dunia secara bersama-sama.
Ibu kota Jakarta akrab dengan banjir dan juga mengalami penurunan muka air tanah yang signifikan setiap tahunnya sehingga sempat disebut-sebut BBC dalam laporannya sebagai the fastest sinking city in the world.
Inovasi berupa aplikasi daring ini berpotensi memberikan pemahaman bersama bahwa fenomena ini dapat diatasi secara bersama, salah satunya dengan kesadaran penggunaan air tanah yang tidak berlebihan.
"Data dan analisis interaktif aplikasi juga memberikan informasi signifikansi dampak banjir pada anak usia sekolah dan terhadap area masyarakat yang memiliki kerentanan ekonomi," jelas Achmad.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: