Ahmad Syalabi menyambar. Dia mengatakan, sekelas Muhammadiyah dan NU mundur, ditambah lagi PGRI wadah berkumpulnya para pendidik. "Berarti mereka melihat ada ketidakberesan di tubuh dunia pendidikan kita," kata dia.
Titik terang menyambung. Dia menyebut PGRI menyusul Muhammadiyah dan LP Ma’arif NU PBNU yang mengundurkan diri dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud. Salah satu alasan yang dikeluhkan ketiganya, lanjut dia, karena kriteria pemilihan & penetapan peserta POP tidak jelas. "PGRI minta POP ditunda dulu tahun ini," kata dia.
Arrei menyesalkan PGRI sampe keluar. Lagian bos Gojek ditaro jadi Menteri Pendidikan. "Padahal pendidikan bukan cuma bicara siap kerja, tapi juga mendidik pola pikir luhur, integritas, karakter, dan akhlak," kata dia.
Nur Kholis Abdillah menyayangkan dua organisasi besar yang selama ini berperan penuh malah harus hengkang. Padahal, mereka sudah turut berjuang dalam dunia pendidikan sudah lama, mungkin sebelum kemerdekaan. "Muhammadiyah bahkan pernah terlibat dalam berdirinya Budi Utomo," kata dia.
Uidd mengatakan, peningkatan mutu pendidikan adalah keniscayaan. Namun, tidak menyertakan partisipasi NU dan Muhammadiyah yang telah baktikan diri mereka untuk maksud itu adalah aneh. "Sama dengan butakan diri," kritiknya.
Arini Putri membela Kemendikbud. Dia menegaskan seleksi program Organisasi Penggerak dilakukan independen oleh lembaga SMERU Research Institute. Kemendikbud, kata dia, tak ada intervensi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo