Presiden Industri Pertahanan Turki Ismail Demir dalam kicauannya mengakui pertemuannya dengan Prabowo salah satunya membahas unmanned aerial vehicle (UAV).
"Pada pertemuan ini, kita bertukar pandangan mengenai kerja sama alat utama sistem persenjataan (alutsista), di antaranya pesawat tanpa awak (UAV), kendaraan laut (kapal), dan kendaraan darat (tempur)," kata Ismail.
Baca Juga: Pak Prabowo, Please Hentikan Rencana Jet Tempur Bekas, Rawan Pak!
Selain menjual Bayraktar TB2, Turki juga menjual enam drone Anka-S ke Tunisia beserta tiga stasiun kontrol darat dengan kontrak senilai 240 juta dolar AS. Turki terus mengembangkan teknologi drone di dalam negeri.
Belum lama ini, militer Turki menerima 500 drone taktis Kragu-2 yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Nama Kragu diambil dari kata Turki kuno yang artinya menara pengawas.
Kragu-2 yang diproduksi oleh perusahaan Turki, STM adalah sebuah multicopter yang memiliki mesin seberat 15 pound dengan kecepatan hingga 90 mph, serta fitur pencitraan infra merah.
Kragu-2 dikendalikan oleh operator dari jarak enam mil dan mampu mengunci serta meledakkan target. Konsepnya mirip dengan amunisi Switchlade yang digunakan oleh pasukan khsusus AS, namun memiliki hulu ledak yang lebih besar.
CEO STM, Murat Ikinci mengatakan kepada surat kabar Hurriyet bahwa Kragu-2 memiliki fitur pengenalan wajah yang dapat mencari individu tertentu. Selain itu, STM juga telah membuat ALPAGU, yakni drone bersayap yang ukurannya lebih kecil namun memiliki elemen sama dengan Kragu-2.
Militer Turki menggunakan drone Kragu-2 untuk operasi melawan kelompok bersenjata di perbatasan Suriah. Sebanyak 500 Kragu-2 telah dikerahkan untuk operasi militer di Suriah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto