Pemerintah sudah memutuskan menghapus bahan bakar tidak ramah lingkungan untuk jenis research octane number (RON) 88 atau bensin dan RON 90 atau bensin jenis pertalite. Keputusan tersebut sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2017 yang mengatur soal baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih.
Dalam beleid itu, pemerintah menetapkan BBM tipe euro 4 atau setara BBM oktan 91 ke atas mulai tahun 2019 secara bertahap hingga 2021. Adapun yang kadar oktannya di bawah 91 atau masuk standar euro 2 saat ini adalah premium dan pertalite. Kalau melihat beleid tersebut, hingga saat ini BBM yang tidak ramah lingkungan masih tersedia di sejumlah SPBU. Misalnya, untuk SPBU Pertamina ada pertalite (Ron 90) dan premium. Begitu juga dengan SPBU lainnya, seperti Shell masih tersedia Reguler atau Total dengan Performance 90.
Baca Juga: Pertamina Tambah Pasokan LPG dan BBM Jelang Iduladha
Khusus untuk BBM berjenis RON 90, seperti Pertalite dan sejenisnya, ketentuan harga jual mengikuti harga jual BBM Nonsubsidi. Artinya, setiap waktu bisa terjadi perubahan harga BBM nonsubsidi. Terakhir kali, Pertamina memperbaharui harga BBM nonsubsidi terjadi pada bulan Februari 2020 lalu. Sejauh ini, memang belum ada pengumuman terbaru terkait perubahan harga BBM nonsubsidi.
Sementara itu, implementasi Biosolar 30% atau B30 sudah mulai akselerasi sejak Desember 2019. Saat ini, masyarakat sudah bisa menikmati bahan bakar campuran nabati olahan kelapa sawit di jaringan SPBU Pertamina.
"Karena produk ini masih subdisi, kriteria kendaraannya disesuaikan dengan perpres 191 tahun 2014. Harganya pun sama di seluruh SPBU dan harga langsung ditentukan oleh Pemerintah," ucap VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fajriyah Usman, beberapa waktu lalu.
Selain itu, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, dirinya berterima kasih kepada Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama yang telah berhasil menaikan harga eceran Biosolar.
"Terima kasih Ahok sebagai komisaris utama Pertamina telah berhasil menaikkan harga eceran Biosolar dari Rp5.150 per liter menjadi Rp9. 400 per liter," ujar Usman, Sabtu (1/8/2020).
Usman memaparkan, selisih harga jual Rp100 per liter dari Dexlite tentu membuat konsumen lebih memilih menggunakan Dexlite ketimbang Biosolar yang oktan lebih rendah dan konsumen harus sering mencuci filter karena kandungan air di dalam FAME.
"Harga eceran Biosolar mendadak naik meroket sekitar 82,5% oleh Pertamina kemungkinan akibat pemerintah tak punya duit untukk melakukan subsidi tetap Rp2000 per liter untuk Biosolar," ujar Usman.
Usman menambahkan, jikalau Pertamina serius memproduksi D100 atau green diesel secara komersial yang berasal dari bahan baku RBDPO yang harga jualnya mencapai Rp12.000/kg, harga D100 Pertamina bisa menyentuh Rp18.000/liter di SPBU.
"Karena harus ditambah biaya beli katalis merah putih, biaya pengolahan, pajak BBN, dan biaya distribusi serta margin usaha," tambah Usman.
Terakhir kali, Pertamina memperbaharui harga BBM nonsubdisi terjadi pada bulan Februari 2020 lalu. Sejauh ini, memang belum ada pengumuman terbaru terkait perubahan harga BBM nonsubsidi. Berikut harga BBM non subdisi untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya:
Pertamina:
Pertalite Rp 7.650
Pertamax Rp 9.000
Pertamax Turbo Rp 9.850
Bio Solar Rp 9.400
Dexlite Rp 9.500
Dex Rp 10.200
Total:
Performance 90 Rp 9.075
Performance 92 Rp 9.125
Performance 95 Rp 9.650
Performance Diesel Rp 9.850
Shell:
Reguler Rp 9.075
Super Rp 9.125
V-Power Rp 9.650
Diesel Rp 9.850
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum