Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS Resesi, Rhenald Kasali Prediksi Great Depression. Efeknya...

AS Resesi, Rhenald Kasali Prediksi Great Depression. Efeknya... Kredit Foto: Ui.ac.id
Warta Ekonomi, Jakarta -

Resesi yang sedang dialami Amerika Serikat (AS) pada kuartal II 2020 merupakan yang terburuk sepanjang negara adidaya itu berdiri. Tak tanggung-tanggung, perekonomian negeri Paman Sam tersebut tercatat negatif 32,9% pada periode April-Juni. Kontraksi ini jauh lebih tajam dari kuartal I yang tercatat minus 5%.

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, memprediksi, resesi yang terjadi di AS bisa memicu depresi atau great depression. Situasi itu adalah sebuah kemunduran besar perekonomian, hampir semua perusahaan bangkrut, tak punya uang, tak ada investasi baru, pengangguran besar-besaran terjadi sehingga satu-satunya sumber pendapatan adalah uang negara.

Baca Juga: Resesi Indonesia? Tinggal Tunggu Waktu

"Pada saat itu, kemiskinan dan kriminalitas merajalela, negara harus turun," kata Rhenald.

Dia menjelaskan, efek itu juga bisa memengaruhi kondisi perekonomian secara global karena Dollar AS (USD) merupakan sebuah mata uang yang sering digunakan dalam perdagangan dunia.

"Memang ada yang berdampak global karena Dollar AS adalah mata uang perdagangan dunia. Sebagian besar cadangan devisa kita adalah USD dan banyak orang pegang dollar. Resesi di AS diprediksi bisa memicu depresi," katanya.

Menurut dia, dalam situasi itu, The Fed atau bank sentral AS akan memangkas suku bunga untuk memacu investasi. Namun, kenyataanya kini malah nilai USD makin melemah.

"Dampaknya sudah terasa minggu lalu di sini (Indonesia), dollar melemah, masyarakat mulai melepas dollar dan membeli emas. Harga emas melonjak," kata dia.

Sebagai informasi, istilah great depression muncul ketika AS mengalami krisis ekonomi berkepanjangan selama satu dekade yakni pada tahun 1929 hingga 1939.

Great Depression di negeri Paman Sam ini diawali dengan turunnya harga saham pada September 1929. Puncaknya pada 24 Oktober 1929 dilakukan penjualan saham besar-besaran dalam waktu sehari. Hal ini mengakibatkan indeks saham anjlok pada level yang mengkhawatirkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: