Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Merinding! Begini Kesaksian Penyintas Ledakan Dahsyat Beirut

Merinding! Begini Kesaksian Penyintas Ledakan Dahsyat Beirut Kredit Foto: AFP

Dalam beberapa video yang di-posting di media sosial, baik diambil dari balkon bertingkat tinggi atau jalan-jalan terdekat, ledakan itu langsung menghantam dengan kekuatan yang sama: asap hitam yang membubung, lalu debu dan asap merah muda yang melesat melintasi kota di depan kamera pemilik ponsel --dan siapa pun yang memegangnya-- jatuh di tengah reruntuhan dan kebingungan.

Saat kepulan awal asap membubung Selasa (5/8/2020) sore, tim yang terdiri dari 10 petugas pemadam kebakaran bergegas ke Pelabuhan Beirut untuk memadamkan api yang berkobar di Gudang 12, satu deretan gudang di tepi air di samping silo biji-bijian besar pelabuhan.

Baca Juga: Presiden Prancis: Reformasi Lebanon atau Menderita Selamanya

"Mereka jatuh, mengira itu disebabkan oleh kembang api," kata seorang petugas pemadam kebakaran bernama Freddy tentang rekannya yang pertama kali menanggapi.

Dia meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama depannya untuk berbicara dengan bebas kepada Associated Press tentang peristiwa yang masih dalam penyelidikan. Pops and flashes memicu asap, dan dilaporkan bahwa api awal memicu ledakan kembang api yang disimpan di sana.

Tim berada di pusat kejadian ketika, sekitar pukul 18:05, ledakan raksasa meledak di pelabuhan dan mengubah setiap bangunan menjadi logam bengkok.

Saat ini sedang diselidiki apakah api menyentuh kargo 2.750 ton amonium nitrat --komponen pupuk yang sangat mudah meledak-- yang telah disimpan di sana sejak 2013.

Freddy dan tim pemadam kebakaran kedua tiba sekitar 20 menit kemudian. Mereka masing-masing mengambil satu bagian pelabuhan. Selama 24 jam berikutnya, mereka mengeluarkan mayat --Freddy mengatakan dia menemukan 10-- tetapi hanya satu dari petugas pemadam kebakaran yang ditemukan, yakni Sahar.

"Kami mencari teman-teman kami, tetapi ada juga banyak orang yang mati," katanya, berdiri di jalan utama, tertutup jelaga dan wajahnya menjadi gelap karena debu, asap, dan kesedihan.

“Ini adalah kehancuran total di dalam. Tidak ada di tempat yang seharusnya. "

Matanya berlinang air mata memikirkan kehilangan kolega dan kotanya. Lebanon digunakan untuk kehancuran, tapi tidak seperti ini.

“Tidak ada rumah di pantai yang belum rusak,” ujarnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: