Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lebanon Ambruk, Ratusan Ribu Siswa Di-DO hingga Sekolah Kosong

Lebanon Ambruk, Ratusan Ribu Siswa Di-DO hingga Sekolah Kosong Kredit Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Warta Ekonomi, Beirut -

Pada hari sekolah baru-baru ini, Sekolah Menengah Atas (SMA) Rene Mouawad di Beirut kosong, ruang kelasnya gelap. Kondisi ini terjadi di semua sekolah umum Lebanon selama hampir tiga bulan terakhir. 

Para guru-guru sekolahan mogok memprotes di depan Kementerian Pendidikan, tak jauh dari situ. Sekitar seratus guru bergabung dalam demonstrasi, memblokir lalu lintas dan memegang plakat menuntut kenaikan gaji. 

Baca Juga: Devaluasi 90 Persen, 15 Ribu Pound Lebanon Kini Setara 1 Dolar AS

“Kami selesai dengan amal. Kami tidak bernegosiasi lagi. Mereka harus membayar kami dengan benar atau pulang," kata kepala serikat guru kontraktor Nisreen Chahine. 

Para guru memberikan pidato menuntut pejabat keluar dan berbicara dengan mereka. Namun seperti biasa dalam protes reguler, tidak ada seorang pun dari Kementerian Pendidikan yang muncul. Setelah beberapa jam, para guru berkemas dan pulang. 

Sekolah-sekolah Lebanon runtuh di bawah beban keruntuhan ekonomi negara karena kepemimpinan politik menolak mengambil tindakan apa pun untuk menyelesaikannya. 

Sejak kehancuran dimulai pada akhir 2019, lebih dari tiga perempat dari enam juta orang Lebanon telah jatuh ke dalam kemiskinan, aset mereka menguap karena nilai mata uang menyusut, dan inflasi naik pada salah satu tingkat tertinggi di dunia. 

Sebagian besar anak-anak di negara itu tidak bersekolah selama berbulan-bulan. Kondisi ini akibat para guru tidak mendapatkan gaji yang seharusnya dibayarkan sehingga mereka tidak dapat lagi hidup dengan gaji dan melakukan pemogokan pada Desember.

Padahal Lebanon pernah dikenal karena menghasilkan tenaga kerja yang sangat terampil dan berpendidikan. 

Namun sekarang seluruh generasi kehilangan sekolah, menimbulkan kerusakan jangka panjang pada prospek ekonomi dan masa depan negara. 

Para guru menyerukan pemogokan karena gaji dalam pound Lebanon menjadi terlalu rendah untuk menutupi biaya sewa dan biaya pokok lainnya. Pound telah naik dari 1.500 untuk satu dolar AS sebelum krisis menjadi 100 ribu pound untuk mendapatkan satu dolar saat ini. 

Sebagian besar guru sekarang dibayar setara dengan sekitar satu dolar AS per jam, bahkan setelah beberapa kali kenaikan gaji sejak 2019. Sedangkan toko kelontong dan bisnis lain sekarang biasanya memberi harga barang dalam dolar. 

Guru menuntut penyesuaian gaji, tunjangan transportasi, dan tunjangan kesehatan. Pemerintah hanya menawarkan untuk menutupi sebagian transportasi, dengan alasan tidak memiliki anggaran lebih. 

Meskipun sebagian sekolah dibuka kembali pekan lalu setelah beberapa guru kembali bekerja, sebagian besar memilih untuk terus melakukan pemogokan. 

Bahkan sebelum krisis, investasi Lebanon di sekolah umum masih terbatas. Menurut Bank Dunia, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan hanya setara dengan 1,7 persen dari PDB Lebanon pada 2020, salah satu tingkat terendah di dunia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: