Catat! Gamaleya Institute Beberkan Cara Kerja Vaksin Ciptaannya
Setelah Wakil Menteri Kesehatan Rusia Oleg Gridnev mengungkapkan bahwa negara itu akan mendaftarkan vaksin pertama di dunia untuk melawan virus corona pada Rabu (12/8/2020), kepala laboratorium yang mengembangkan vaksin itu mengungkapkan bagaimana vaksin akan bekerja melawan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.
Rusia adalah salah satu dari beberapa negara yang berlomba menjadi yang pertama mengembangkan vaksin virus corona untuk menghentikan pandemi yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 727.288 orang di seluruh dunia.
Baca Juga: Vaksin AS-China Memble! Rusia Menangkan Global Vaccine Race
Alexander Gintsburg, direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya, mengklaim bahwa partikel virus corona yang digunakan dalam vaksin anti-COVID-19 tidak dapat membahayakan tubuh, dikutip Warta Ekonomi dari Sputnik, Rabu (12/8/2020).
Menurut Gintsburg, obat yang dibuat dari partikel mati berdasarkan adenovirus. Ia mengklaim bahwa vaksin tersebut tidak berpotensi membahayakan kesehatan seseorang.
“Partikel dan benda yang dapat mereproduksi jenisnya sendiri adalah yang dianggap hidup. Partikel yang dimaksud tidak dapat berkembang biak,” kata Gintsburg seperti dilansir Times Now News.
Sementara itu, seorang ahli virus Rusia mempertanyakan keamanan vaksin COVID-19 yang berkembang pesat di negara itu. Ia memperingatkan bahwa itu bisa saja berbahaya bagi mereka yang memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.
Sebuah laporan di The Moscow Times, mengutip Alexander Chepurnov, mantan kepala lembaga penyakit menular di Vektor, menunjukkan kurangnya informasi dan data yang tersedia tentang uji klinis vaksin sebagai tanda bahaya.
"Bahayanya ada ... dalam hal kemungkinan meningkatkan penyakit [keparahan] dengan vaksin yang salah," kata Chepurnov kepada saluran Podyom Telegram.
Vaksin, yang telah dikembangkan bersama oleh Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia, akan mendapatkan pendaftaran resmi minggu ini di tengah fase terakhir pengujian.
Uji klinis vaksin dimulai pada 18 Juni. Gridnev pernah mengatakan bahwa efektivitas vaksin akan ditentukan ketika relawan yang disuntik telah menampakkan kekebalan.
“Beberapa orang secara alami mengalami demam ketika sistem kekebalan orang yang divaksinasi menerima dorongan yang kuat tetapi efek samping ini dapat dengan mudah diatasi dengan menggunakan parasetamol,” tambah Gintsburg.
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyuarakan keprihatinan atas vaksin COVID-19 setelah Moskow mengumumkan akan meluncurkan produksi massal pada September.
Badan kesehatan PBB mendesak Rusia untuk mengikuti pedoman vaksin yang telah ditetapkan sebelum diluncurkan. Sesuai dengan WHO, enam kandidat vaksin saat ini sedang dalam tahap uji klinis tahap akhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: