Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenapa Arab Saudi Tolak Hubungan dengan Israel? Ini Kata Pakar

Kenapa Arab Saudi Tolak Hubungan dengan Israel? Ini Kata Pakar Bendera Israel. | Kredit Foto: Unsplash/Benjamin Rascoe

Dia menunjukkan bahwa persentase orang Arab yang menentang pengakuan diplomatik Israel telah meningkat, bukan malah menurun, dalam dekade terakhir. Indeks Opini Arab mengukur tren ini. Pada 2011, 84 persen menentang pengakuan diplomatik. Pada 2018, angkanya mencapai 87 persen.

Hearst percaya bahwa kesepakatan UEA-Israel akan mendekatkan faksi-faksi Palestina. Hearst menambahkan, "Jika Netanyahu dan bin Zayed saling berbicara melalui telepon, demikian juga sekarang Mahmoud Abbas, Presiden Palestina, dan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas. 

Baca Juga: Ingin Jaga Hati Palestina, Arab Saudi Tolak Hubungan Israel

Reaksi keras Otoritas Palestina terhadap kesepakatan Emirat disambut baik oleh Hamas. Sumber Hamas mengatakan kepada Arabi21 bahwa dia melihat posisi Palestina sebagai peluang untuk aksi politik dan lapangan bersama di Tepi Barat dan Jalur Gaza."

"Jika tujuan baru bersama antara dua faksi utama Palestina ini berlanjut, ini adalah awal dari akhir penangkapan aktivis Hamas di Tepi Barat oleh Keamanan Pencegahan Palestina. Ini pernah dipimpin Jibril Rajoub, yang sekarang menjadi Sekretaris Jenderal Fatah. Tapi hari ini Rajoub mengadakan konferensi pers dengan orang kedua Hamas, Saleh Arouri," jelas Hearst. 

Langkah-langkah demikian menjadi tanda bahwa pemulihan hubungan antara kedua pihak sedang dalam proses menemukan momentum. Rajoub, yang berbicara selama wawancara pers telekonferensi bersama dengan Arouri, mengatakan:

"Kami akan memimpin pertempuran kami bersama di bawah bendera Palestina untuk mencapai negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di perbatasan 1967 dan menyelesaikan masalah pengungsi di perbatasan dasar resolusi internasional."

Pengakuan UEA atas Israel tidak ada hubungannya dengan upaya untuk mengakhiri konflik. Tetapi ini tentang membangun tatanan regional baru antara diktator dan penjajah, dalam hal ini adalah diktator Arab dan penjajah Israel. Saat Amerika Serikat mundur sebagai hegemon regional, maka dibutuhkan yang baru.

"Perdagangan, telekomunikasi tanpa hambatan, perjalanan dan pengakuan antara Israel dan tetangga Teluk terkaya akan menjadi fakta di lapangan baru, para arsiteknya membayangkan, sama abadi seperti jalan yang melewati desa-desa Palestina dan permukiman itu sendiri. Tidak ada negosiasi yang dibutuhkan. Hanya bendera putih kekalahan," tambah Hearst.

Bahkan Hearst menyampaikan apa yang diyakininya soal perjuangan Palestina: "Saya cukup yakin orang-orang Palestina tidak akan mengibarkan bendera putih penyerahan pada hari ini, seperti yang akan mereka lakukan dalam tujuh dekade terakhir. Mereka tidak akan meninggalkan hak politik mereka.”  

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: