Menikmati Hidup dalam Lockdown Covid-19 Terpanjang di Dunia
Kredit Foto: Reuters/Mario Anzuoni
Klaim pemerintah dan pemberontakan warga
Otoritas Argentina mengklaim langkah-langkah yang diambil telah membantu mencegah ribuan kematian akibat Covid-19. Pemerintah juga menyoroti bahwa 90% infeksi di Argentina terjadi di area AMBA.
Tingkat kematian di Argentina berada di angka 13,6 kematian per 100.000 penduduk - jauh lebih rendah daripada banyak negara di Amerika Latin dan negara lainnya di dunia.
Selain itu, pemerintah mengklaim Argentina juga telah berhasil menghindari runtuhnya sistem kesehatan akibat serangan jumlah pasien yang besar di rumah sakit karena terinfeksi virus corona.
Di sisi lain, kini muncul suara-suara yang menyatakan bahwa tujuan awal lockdown ketat telah tercapai, dan saatnya aturan karantina dicabut. Buktinya, banyak yang tampaknya telah berhenti mematuhi aturan itu dan jalan-jalan di kota-kota besar dipenuhi orang-orang.
Dalam sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada 3 Agustus oleh surat kabar Pagina12 : terdapat 8 dari 10 orang Argentina mengatakan lockdown berhasil menahan virus. Lalu, lebih dari 70% orang meminta langkah-langkah pelonggaran dilakukan, yang saat ini akan diberlakukan hingga 30 Agustus.
Namun, pembangkangan atas aturan lockdown telah memicu lonjakan kasus. Sirkulasi penyebaran virus semakin cepat di tengah musim dingin yang terjadi di belahan bumi selatan.
Saat ini, Argentina merupakan salah satu negara dengan jumlah penambahan kasus tertinggi di dunia dalam satu hari.
'Saling menyalahkan'

Pemerintah dan para pengkritiknya saling menyalahkan atas peningkatan kasus ini. Bagi pihak berwenang, masyarakat bertanggung jawab atas peningkatan kasus karena melanggar aturan lockdown.
Tapi bagi para pengkritik, strategi pemerintah terbukti gagal, karena tidak mungkin bagi masyarakat menjalankan karantina selama berbulan-bulan secara berturut-turut tanpa ada bantuan dari pemerintah.
Sebuah keputusan yang ditandatangani oleh pemerintah pada awal Agustus melarang semua "acara sosial atau keluarga di ruang tertutup dan di dalam rumah, terlepas dari berapa jumlah pesertanya dan dengan pengecualian anggota rumah tangga."
Melanggar aturan ini terancaman hukuman hingga dua tahun penjara (meskipun sejauh ini belum ada yang diberi sanksi).
Ribuan orang menolak aturan itu dengan mengelar aksi berbaris di jalan-jalan di beberapa kota pada tanggal 17 Agustus lalu. Ini adalah protes terbesar yang harus dihadapi Presiden Alberto Fernandez sejak dia menjabat, Desember lalu.
Demonstrasi itu, bagaimanapun, dikritik keras karena sangat berbahaya di tegah peningkatan jumlah infeksi virus corona.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: