Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyelami Kisah Pengidap Covid-19 Selama 6 Bulan

Menyelami Kisah Pengidap Covid-19 Selama 6 Bulan Kredit Foto: Reuters/Mario Anzuoni

Monique segera menelepon layanan darurat Inggris dan disarankan untuk meminum parasetamol. Mereka mengatakan obat itu akan membuat rasa sakit hilang meskipun mereka tidak sepenuhnya mengerti mengapa bisa.

Parasetamol itu bekerja di tubuhnya. Setelah rasa sakit di dada mereda, ternyata perut dan tenggorokannya mulai terasa "terbakar api" ketika dia makan. Dokter mengira dia menderita maag. Saat itu belum diketahui bahwa masalah lambung merupakan salah satu gejala dari infeksi virus corona.

Sekitar enam minggu kemudian, Monique mulai mengalami sensasi terbakar saat buang air kecil dan nyeri di punggung bawah. Dokter memberinya tiga kali obat antibiotik yang berbeda sebelum memutuskan bahwa penyakitnya bukan disebabkan infeksi bakteri.

"Itu hanya sebuah rasa sakit," katanya. "Yang kemudian akan hilang begitu saja."

Di sisi lain, Monique memutuskan berhenti menggunakan media sosial karena takut dengan pemberitaan dan informasi yang membuatnya menjadi cemas dan mempengaruhi pernapasannya.

Monique yang mengaku pecandu berita terpaksa menahan diri. Dia takut jika membuka media sosial akan melihat unggahan foto mayat dan bahaya virus corona.

Kemudian, dia menemukan penghiburan dengan belanja online, tapi lagi lagi, saat memasukkan ukuran gaun ke laman pencarian, yang muncul malahan cerita horor virus corona. "Saya sebenarnya takut membuka Google," katanya.

Setelah beberapa saat, dia meminta seorang teman untuk memberi tahu dia tentang apa yang telah terjadi di dunia.

Hal pertama yang dia pelajari adalah bahwa lebih banyak orang dari latar belakang etnis kulit hitam dan minoritas yang meninggal. Dan, Monique adalah ras campuran, akhirnya dia merasa semakin takut.

"Rasanya seperti film horor di mana semua orang kulit hitam mati," katanya.

Suatu hari ketika Monique berbaring di kamar mandi mendengarkan podcast, dua pembawa acara kulit putih dengan santai menyebutkan bahwa banyak orang Afrika-Amerika sekarat karena Covid-19.

Dia langsung duduk tegak mengambil teleponnya untuk mengirim email ke kerabat kulit hitam di AS.

Dan dia terkenang fakta bahwa mayoritas orang yang dia andalkan akhir-akhir ini berasal dari kelompok minoritas - seperti para pengemudi Uber yang membawanya ke tempat pertemuan, pekerja rumah sakit, orang-orang di toko makanan. "Setiap orang yang saya lihat dalam perjalanan Covid saya," katanya.

Minggu demi minggu berlalu, beberapa gejala berubah menjadi gejala lain, dan menjadi semakin aneh.

Seperti rasa sakit di leher disertai dengan suara aneh di telinga seperti keripik diremukkan. Lalu, tangannya tiba-tiba membiru dan harus segera direndam air hangat agar darah kembali mengalir.

"Saya terus menelepon [dokter] tentang gejala baru, namun saya selalu ditanya, `Bagaimana kesehatan mental Anda?`" katanya.

"Implikasinya adalah bahwa gejala-gejala ini tidak dapat diobati karena bukan rasa sakit yang nyata."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: