Indonesia melakukan ekspor perdana ubi jalar ke Hongkong pada Selasa (8/9/2020). Pengiriman perdana ini berasal dari hasil produksi petani di Desa Pinggir Sari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil pun ikut melepas ekspor tersebut.
"Ekspor ubi jalar dari tempat ini sebanyak 30 ton per bulan. Kalau setahun artinya bisa sampai 360 ton, hanya ke Hongkong saja. Kita akan bantu pasar ekspor lain agar semakin meningkat ekspor ubi dari Kabupaten Bandung," ujar Ridwan Kamil.
Baca Juga: Minyak Sawit: Saksi Sejarah Ekspor Perdana di Teminal Kijing
Ia menegaskan sudah menjadi tugas pemerintah untuk membantu mencari pasar bagi produk pertanian. Bahkan pemerintah selalu memberikan informasi kepada petani terkait komoditas apa saja yang sedang laku keras dan mahal.
"Saya ingin ada kerja sama yang baik antara petani dengan kelompok pembeli, dibantu oleh BUMN seperti RNI atau Bulog. Jadi, petani tugasnya hanya menanam saja, pasar sudah terjamin," jelasnya.
Ia juga berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membangun gudang penyimpanan dan pelatihan bagi eksportir agar produk tidak ditolak karena pengemasan yang rusak. "Ekspor tidak main-main, sudah banyak kasus yang ditolak hanya karena rusak," tegasnya.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi (AKABI) Kementerian Pertanian, Amiruddin Pohan menambahkan ekspor ubi jalar secara nasional hingga Juni 2020 sudah mencapai 9 juta kg atau 9 ribu ton.
"Tahun lalu 10 juta kg, jadi kami optimistis bisa lebih banyak hingga akhir tahun ini," jelasnya. Jawa Barat sendiri menurutnya memberikan kontribusi ekspor ubi jalar sekitar 18% dari total nasional.
Namun, di sisi lain, ternyata impor ubi jalar justru mencapai 18 ton per tahun. Ia pun berharap impor akan semakin berkurang mengingat produksi petani semakin meningkat. "Saat ini kapasitas produksi per hektare mencapai 20 ton," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti