Kementerian Keuangan kembali melakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 dari semula minus 1,1% hingga 0,2% menjadi minus 1,7% hingga 0,6%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan revisi pertumbuhan itu dilakukan lantaran penyebaran virus Corona yang masih tinggi di Indonesia.
"Ini artinya pertumbuhan negatif akan terjadi pada kuarta ketiga. Dan mungkin masih akan berlangsung di kuartal keempat yang kita upayakan mendekati nol atau positif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (22/9/2020).
Baca Juga: Sri Mulyani 'Ngemis' Agar Paman Sam Biayai Infrastruktur, Apa Untungnya buat Indonesia?
Baca Juga: Cekal Anak Soeharto, Sri Mulyani Mau Cuci Tangan dari Kasus Century. Jangan Sewenang-wenang Bu!
Sri Mulyani mengatakan, di Indonesia tambahan kasus harian semakin meningkat. Posisi per 21 September 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi 248.852 kasus, dengan penambahan 4.176 kasus per Senin (21/9/2020).
"Berdasarkan lokasi, Jakarta Kembali menjadi epicentrum yang terbesar di dalam jumlah kasus," tambahnya.
Menkeu mengatakan share kasus Covid-19 di Jakarta naik signifikan dalam satu bulan terakhir. "Pemberlakuan kembali PSBB ketat menunjukkan risiko Covid-19 DKI Jakarta dan potensi dampak ekonomi cukup tinggi," pungkasnya.
Sekadar informasi kasus Covid-19 secara kumulatif paling banyak di DKI Jakarta dengan total 63.318 kasus, Jawa Timir 41.076 kasus, dan Jawa Tengah 19.754 kasus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: