Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ampun Gusti! Rupiah Ambruk di Asia & Global Gara-Gara Sri Mulyani Bilang....

Ampun Gusti! Rupiah Ambruk di Asia & Global Gara-Gara Sri Mulyani Bilang.... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah belum beranjak dari posisinya sebagai mata uang paling terpuruk di Asia. Sempat jatuh hingga ke level Rp14.822 per dolar AS, rupiah tumbang di hadapan banyak mata uang dunia, terutama dolar AS.

Sampai dengan pukul 13.46 WIB, rupiah terdepresiasi 1,10% ke level Rp14.709 per dolar AS. Selain itu, rupiah juga keok melawan dolar Australia (-0,61%), poundsterling (-0,84%), dan euro (-0,79%). 

Baca Juga: Dolar AS Perkasa Tiada Tara, Rupanya Gara-Gara....

Ditambah lagi, rupiah menjadi yang paling tak berdaya di Benua Kuning. Tanpa ampun, rupiah ditekan secara bersamaan oleh dolar Taiwan (-1,52%), yuan (-1,17%), yen (-1,14%), dolar Hong Kong (-1,12%), won (-0,96%), dolar Singapura (-0,94%), baht (-0,75%), dan ringgit (-0,37%).

Baca Juga: Kemarin-kemarin Pede RI Bisa Kebal Resesi, Sri Mulyani Kini Bela Diri: Semua Negara Bakal Resesi

Kian ambruknya rupiah pada siang ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, publik baru saja mendapat kabar kurang baik dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Dalam konferensi pers hari ini, Sri Mulyani merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 dari semula minus 1,1% hingga 0,2% menjadi minus 1,7% hingga 0,6%.

Bahkan, sampai dengan kuartal empat ekonomi diprediksi masih akan minus. Jika proyeksi tersebut terealisasi, sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa Indonesia menyusul negara-negara lainnya yang telah lebih dulu masuk ke jurang resesi.

"Ini artinya pertumbuhan negatif akan terjadi pada kuarta ketiga. Dan mungkin masih akan berlangsung di kuartal keempat yang kita upayakan mendekati nol atau positif," pungkasnya, Jakarta, Selasa, 22 September 2020.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: