Amien Rais Bicara Blak-Blakan Ihwal Komunisme: Rakyat Sedang Ditipu Oknum Rezim Jokowi
"Memberi Angin Kebangkitan Komunisme" adalah bab 2 di buku berjudul Risalah Kebangsaan, Pilihan Buat Pak Jokowi: Mundur atau Terus karya mantan Ketua MPR RI, Amien Rais.
"Memang saya melihat itu komunisme diberi angin yang sangat kencang dalam kepemimpinan Pak Jokowi ini. Jadi ini ada kaitannya juga dengan Lebensraum yang dilakukan oleh China itu karena ada kaitan luar biasa," ujar Amien Rais dalam peluncuran bukunya.
Dalam bukunya itu, Amien Rais membeberkan jumlah orang yang terbunuh oleh kaum komunis di berbagai negara. Di Kamboja, 2.035.000 orang pada periode 1975-1979. Kemudian, 77.277.000 orang pada periode 1949-1987 di Republik Rakyat China (RRC).
Baca Juga: Gembar-Gemborkan Isu PKI, Gatot Nurmantyo Ditantang: Kalau Berani Ayo Bertarung
Lalu, 1.585.000 orang pada periode 1945-1948 di Polandia. Selanjutnya, 1.563.000 orang di Korea Utara pada periode 1948-1987, 1.670.000 orang di Vietnam pada periode 1945-1987, 1.072.000 orang di Yugoslavia pada periode 1944-1987 dan 61.911.000 orang di Uni Soviet pada periode 1917-1987.
"Ada fenomena yang memprihatinkan bagi banyak orang yang berpikir kritis dan mengikuti perkembangan komunisme internasional mutakhir. Mengapa? Mereka prihatin karena banyak tokoh pendukung rezim yang berusaha meyakinkan masyarakat bahwa sudah mati dikubur, dan komunisme sudah tidak laku lagi. PKI sudah jadi hantu. Juga tidak ada lagi negara yang masih menerapkan komunisme, marxisme, dan leninisme," tutur pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Baca Juga: Pengamat: Parpol Baru Amien Rais Sangat Transaksional dan Pragmatis
Dalam bukunya itu, dia menuliskan para komunis malam yang berupaya meyakinkan masyarakat bahwa komunisme sudah jadi bagian sejarah masa lalu lupa bahwa di zaman internet sekarang ini seluruh informasi global di bidang apa saja sudah sangat mudah diakses oleh setiap orang.
"Mereka buta bahwa RRC yang menjadi junjungan beberapa oknum dalam rezim Jokowi pada hakikatnya merupakan kekuatan komunisme internasional yang paling dahsyat," tuturnya.
Dia melanjutkan, bila dulu Mao Zedong (MaoTse Tung) mempropagandakan dan memaksakan Maoisme sebagai ideologi tunggal RRC, maka Xi Jinping, penguasa puncak dan penguasa tunggal RRC, yang jadi presiden dan sekaligus sekjen PKC, sekarang ini telah mengeluarkan Xi Jinpingisme.
Kata Amien Rais, di antara 14 butir ideologi XiJinping disebutkan bahwa PKC memegang kekuasaan mutlak atas Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan mengukuhkan jabatan Xi sebagai penguasa tunggal China seumur hidup. Dia menambahkan, keputusan Kongres PKC itu diambil pada 2017 dan sekaligus menekankan bahwa China harus melaksanakan nilai-nilai asasi dari marxisme, komunisme, dan sosialisme walaupun ada embel-embel sesuai ciri-ciri China.
"Perhatikan, marxisme, komunisme, dan sosialisme masih jadi rujukan baku China. Oknum-oknum rezim Jokowi sedang menipu rakyat Indonesia ketika mereka menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi komunisme di muka bumi dan juga tidak perlu khawatir PKI akan muncul kembali. Kata mereka tidak ada lagi negara yang menganut marxisme, leninisme, komunisme," tuturnya.
Isu komunismen belakangan ini kembali menjadi perbincangan publik. Salah satu sebabnya karena Gatot Nurmantyo mengisahkan mengapa ia dicopot dari jabatannya di penghujung 2017 lantaran ia bersikukuh menginstruksikan seluruh jajaran TNI untuk memutar atau menonton film Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) pada 2017.
"Pada saat itu saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebuat saja PDIP. 'Pak Gatot hentikan itu, kalau tidak, pasti Pak Gatot akan diganti'. Saya bilang terima kasih, justru saya gas karena ini adalah benar-benar berbahaya. Dan benar-benar saya diganti," kata Gatot di akun channel Youtube Hersubeno Arief, Selasa (22/9/2020).
Baca Juga: Anak Pemimpin PKI Bereaksi Keras ke Gatot Nurmantyo: Dia Jualan Politik
Gatot mengaku, kemungkinan bangkitnya PKI di Indonesia bukan sebuah hal yang tidak mungkin. Dia mengamati, PKI gaya baru bangkit sejak 2008 ketika seluruh mata pelajaran di sekolah menghapuskan sejarah kelam tentang peristiwa G30S/PKI.
Sementara itu, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus anggota DPR RI Trimedya Panjaitan angkat bicara perihal surat terbuka Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Trimedya menilai, isu PKI tersebut sengaja dihembuskan sebagai bentuk manuver politik atas ketidaksukaan kepada PDIP dan pemerintahan Jokowi.
Baca Juga: Andai Saja Gatot Ngajak TNI Nonton Drakor atau KPop, Mungkin Bapak Jadi Wapres
"Isu itu kan sebetulnya hanya untuk menohok PDIP dan pemerintahan sekarang Pak Jokowi," kata Trimedya saat dikonfirmasi, Kamis (24/9/2020).
Sayangnya, kata Trimedya, isu PKI yang sering menjadi kendaraan politik tersebut sudah tidak laku untuk dijual kepada masyarakat. Karena itu, menurutnya, Gatot harus lebih cerdas dalam mengelola isu politik.
"Pak Gatot harus lebih cerdas dalam membuat isu, kalau memang mau ikut konstelasi politik harusnya lebih elegan jangan PKI. Isu PKI itu udah enggak laku lagi zaman sekarang," ujarnya.
Ia menjelaskan, PDIP sudah sering menerima isu-isu PKI, tetapi terbukti dapat melewati dengan baik dan memenangkan Pemilu. Karena itu, Trimedya menyarankan agar Gatot terang-terangan untuk meraih simpati masyarakat.
Salah satunya kata dia, dengan membantu masyarakat yang saat ini kesulitan akibat pandemi corona atau Covid-19. Menurutnya, hal itu lebih bermanfaat untuk masyarakat banyak.
"Coba urus corona itu, bantu masyarakat, UMKM yang sekarang kesulitan. Bagikan APD itu lebih bermanfaat lebih baik pasti dapat simpati dari masyarakat. Kalau dia cuma nulis nyebar isu PKI di media itu terlalu murah," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih