Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

GM FKPPI Jatim: Jangan Peruncing Perbedaan Sejarah Kelam

GM FKPPI Jatim: Jangan Peruncing Perbedaan Sejarah Kelam Sejumlah siswa sekolah dasar mengunjungi Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (2/10). Kunjungan dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila tersebut bertujuan untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi. | Kredit Foto: Antara/Arif Firmansyah
Warta Ekonomi, Surabaya -

Ketua Pengurus Daerah (PD) XIII Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (GM FKPPI) Jatim, Agoes Soerjanto mengatakan, bahwa momen peringatan Hari Kesaktian Pancasila,, semua elemen bangsa diharapkan jangan memperuncing perbedaan sejarah kelam. Namun fokus untuk memperkuat konsensus ideologi Pancasila, UUD 1945, serta tekat bulat menjaga NKRI untuk kemajuan bangsa. Baca Juga: Tak Peduli Pandemi, Isu PKI Tetap Muncul Setiap 30 September, Apa Kata BPIP?

"Sejarah mencatat perjuangan semua elemen masyarakat, baik founding father maupun founding mother mampu meraih kemerdekaan. Kita juga menyadari dalam meraihnya terjadi perbedaan pendapat dan persepsi di antara kalangan anak anak bangsa," tegas Agoes Soerjanto dalam refleksi nasional jelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila, di Surabaya, Rabu (30/9/2020) kemarin.

Namun kata dia, di akhir semua perbedaan pendapat dan persepsi itu, semua anak anak bangsa telah menyepakati, konsesus nasional yakni melahirkan dan tegak lurus menjalankan ideologi Pancasila serta menjaga konstitusi UUD 1945 dan NKRI sebagai bentuk negara yang disepakati.

Konsesus itu sifatnya final, dan tidak surut dilekang waktu, ataupun menghadapi tantangan dan gangguan apapun. 

"GM FKPPI Jatim menyerukan agar sejarah kelam apapun yang pernah terjadi di Indonesia boleh diingat, tapi memahaminya bahwa itu bagian dari sejarah perjalanan membangun bangsa," paparnya.

Menurut Agoes, semua tahu, sebelum maupun sesudah peristiwa 1965 terjadi pula tragedi kemanusiaan, penghilangan nyawa secara massal, banyak korban baik dari kalangan pemuka agama, para ulama, para kiai, juga para jenderal, para tokoh pejuang, dan kalangan sipil lainnya.

"Marilah peristiwa kelam itu kita sadari bersama sebagai bagian dari perjalanan  bangsa yang kita cintai ini. Kita rajut kembali rasa Bhinneka Tunggal Ika. Mari bergandengan tangan, saling menguatkan,  fokus bersama sama bersatu memajukan negeri yang sangat kita cintai ini," harapnya.

Ditambahkan Agoes, agar generasi ke depan juga tidak terbebani sejarah kelam, GM FKPPI lantang menegaskan terus gelorakan perkuat persatuan, gelorakan kebhinekaaan, serta serukan menjaga NKRI. Mengokohkan Pancasila dan NKRI itu bagian penting komitmen nasional. 

Dijelaskan Agoes, para pejuang bangsa banyak melakukan introspeksi atas segala peristiwa laten yang mengancam keutuhan NKRI dan kelak agar tidak muncul kembali.

Maka para pendiri bangsa membentengi dengan dilahirkan beberapa ketetapan konstitusi seperti Ketetapan MPRS No XXV/ MPRS/1966 Tahun 1966 dan Undang Undang Nomor 24 tahun 2003, termasuk sekarang dibahas RUU BPIP sebagai upaya untuk mengokohkan Pancasila.

"Sudah selesai urusan sejarah, sekali lagi, kini tugas kita adalah membentengi  Pancasila dan UUD 11945. Kita lindungi Indonesia yang hebat ini, karena para pendiri bangsa ini mampu mempersatukan beragam perbedaan, mulai ras, suku, agama dan berbagai keyakinan dan pandangan," paparnya.

Agoes juga tegaskan adanya wabah pandemi Covid 19 ini, jadikan momentum rekonsiliasi bersama menyelamatkan NKRI. 

"Kita punya momentum untuk menanggalkan segala perbedaan tentang sejarah kelam, kini waktunya kita kompak bersatu di bawah panji-panji Pancasila untuk melawan Covid 19,"  katanya.

"Jadikan ini moment catatan sejarah baru, bahwa kita mampu mengalahkan egoisme kita dan menjunjung tinggi kepentingan yang lebih besar yakni menyelamatkan NKRI," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: