Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Media Bernyali Besar Ini Bongkar 4 Aktor Utama dari Perang Armenia-Azerbaijan

Media Bernyali Besar Ini Bongkar 4 Aktor Utama dari Perang Armenia-Azerbaijan Kredit Foto: DNA India
Warta Ekonomi, Baku -

Perang Armenia-Azerbaijan yang kembali meletus sudah berlangsung lebih dari dua pekan. Baik pasukan Angkatan Bersenjata Armenia maupun Azerbaijan sama-sama terus melancarkan ke sejumlah titik di panggung pertempuran Nagorno-Karabakh (Artsakh).

Sejak kembali pecah pada 27 September 2020, Perang Armenia-Azerbaijan diyakini sudah merenggut 4 ribu nyawa dari kedua belah pihak.

Baca Juga: Menegangkan, Hujan Rudal Masih Terjadi Usai Gencatan Senjata Armenia-Azerbaijan

Catatan itu termasuk prajurit dan warga sipil Armenia dan Azerbaijan. Tak hanya itu, menurut laporan yang dikutip dari Daily Sabah, ada ratusan tentara bayaran Turki yang juga ikut jadi korban tewas.

Hingga saat ini, pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan belum ada tanda-tanda berhenti. Meskipun, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah negara telah mendesak kedua negara untuk segera melakukan perundingan gencatan senjata.

Ada empat aktor utama yang paling bertanggung jawab atas pecahnya kembali Perang Armenia-Azerbaijan. Nama pertama sudah tentu Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.

Dalam laporan Azertag.az yang dikutip VIVA Militer, Pashinyan adalah sosok yang dikabarkan merestui tindakan provokasi pasukan Armenia pada 27 September 2020 lalu.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengklaim, pasukan Armenia lebih dulu menembaki posisi tentaranya di sejumlah wilayah di Nagorno-Karabakh.

"Unit militer Angkatan Bersenjata Armenia melanggar gencatan senjata 34 kali sepanjang hari di berbagai wilayah garis depan, menggunakan senapan mesin kaliber besar dan senapan sniper," bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan.

Selain Pashinyan, ada pula Presiden Republik Artsakh (Nagorno-Karabakh), Arayik Harutyunyan, yang sepenuhnya memegang kendali atas Pasukan Pertahanan Artsakh.

Haturyunyan dan pasukannya dianggap sebagai tentara bayaran atau kelompok pemberontak, yang sepenuhnya didukung oleh Armenia.

Selama pertempuran, Haturyunyan dikabarkan menderita luka parah akibat serangan roket dan rudal pasukan Azerbaijan. Kabar yang menyebut bahwa pria 46 tahun itu sekarat dikonfirmasi oleh asisten Presiden Azeraijan, Hikmat Hajiyev.

"Yang pertama, Arayik Harityunyan, Anda tidak berada di garis depan pertempuran. Anda bersembunyi di bunker. Tetapi, Angkatan Bersenjata Azerbaijan menghantam Anda di tempat Anda bersembunyi. Setelah serangan rudal, Arayik Harutyunyan terluka parah," ujar Hajiyev.

Dari kubu Azerbaijan, Ilham Aliyev juga memegang peran utama dalam meletusnya perang. Presiden Azerbaijan ini memastikan akan terus melancarkan serangan untuk memebebaskan Nagorno-Karabakh, yang secara de jure adalah teritorial resmi Azrbaikan.

"Pasukan Armenia tidak bisa memasuki Azerbaijan dalam satu sentimeter tanah dan tidak akan pernah bisa melakukan ini. Jika kita mau, kita bisa mengendalikan sebagian besar tanah di wilayah Armenia hari ini. Tapi kami tidak punya tujuan seperti itu," tegas Aliyev dikutip VIVA Militer dari Anadolu Agency.

Nama terakhir sudah tentu adalah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Solidaritas Turki terhadap Azerbaijan dinyatakan Erdogan sejak awal perang meletus. Erdogan dituding Armenia dan sejumlah negara lain telah mengerahkan tentara bayaran untuk mendukung Azerbaijan. Meskipun, Erdogan kerap membantah tuduhan tersebut.

Erdogan memastikan dukungan Turki terhadap Azerbaijan dalam perang tidak akan berhenti, hingga seluruh pasukan Armenia angkat kaki dari Nagorno-Karabakh.

"Beberapa dari negara ini menargetkan kami, karena kami mengatakan yang sebenarnya. Jangan dilupakan bahwa negara-negara itu tidak ada, baik kemarin, dan juga besok. Tetapi dengan izin Allah, kami akan terus berada di tanah ini (Azerbaijan). Armenia tidak akan bisa mengesampingkan segalanya, dalam upaya penyelamatan dengan memfitnah Turki," kata Erdogan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: