Aliansi Militer Pimpinan Rusia Goyah, Negara Bekas Uni Soviet Tebar Ancaman
Ada kemungkinan yang sangat nyata bagi Armenia untuk keluar dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), kata Perdana Menteri Nikol Pashinyan di Yerevan pada Senin (22/5/2023).
"Saya tidak akan mengatakan bahwa masalah ini tidak ada dalam agenda," kata Pashinyan kepada para wartawan.
Baca Juga: Menakar Ambivalensi China dalam Konflik Rusia dan Ukraina
"Saya tidak dapat mengesampingkan bahwa Armenia secara de jure dapat menarik diri dari CSTO atau membekukan keanggotaannya," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa hal ini mungkin terjadi hanya jika Yerevan secara resmi menetapkan bahwa CSTO telah meninggalkan Armenia, dan keanggotaan lebih lanjut dapat menjadi tanggung jawab keamanan.
"Pemerintah saat ini sedang mendiskusikan apakah Armenia akan berpartisipasi dalam latihan militer CSTO yang akan datang di Kirgistan, dan jika ya, dalam format apa dan sejauh mana," kata Pashinyan.
Didirikan pada tahun 1992, CSTO saat ini beranggotakan Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan, semua bekas republik Uni Soviet.
Sejak kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada September 2022, Pashinyan mulai menyalahkan aliansi tersebut karena tidak menghalangi republik bekas Soviet lainnya, yakni Azerbaijan, untuk bergerak melawan daerah kantong etnis Armenia di Nagorno-Karabakh pada tahun 2022, serta terlibat dalam pertempuran di perbatasan dengan tetangganya di Kaukasus.
Pada hari Senin, ia juga mengklaim bahwa Armenia telah kehilangan kesempatan untuk membeli senjata dan peralatan militer dari negara lain karena keanggotaannya di CSTO.
Pada konferensi pers yang sama, Pashinyan mengatakan bahwa ia siap untuk mengakui klaim Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh jika "jaminan internasional" diberikan kepada etnis Armenia di wilayah tersebut, dan jika Baku mau menarik diri dari beberapa daerah di Armenia yang telah direbut oleh pasukannya.
Tidak jelas apa yang dimaksud dengan jaminan internasional yang dimaksud oleh sang perdana menteri. Rusia menegosiasikan gencatan senjata dan mengerahkan pasukan penjaga perdamaian ke Nagorno-Karabakh pada tahun 2020, setelah pasukan Azerbaijan memutus satu-satunya jalan antara wilayah tersebut dan Armenia. Pada bulan Januari tahun ini, Yerevan meminta misi pemantauan Uni Eropa, yang dikritik oleh Moskow.
"CSTO telah menunjukkan keefektifannya dalam berbagai situasi" dan "memiliki potensi serius untuk pengembangan lebih lanjut," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin, menanggapi konferensi pers Pashinyan.
"Rusia akan tentu saja melanjutkan dialog dengan teman-teman Armenia," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement