Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tukang Bikin Heboh Akhirnya Ngaku, Ahok: Saya Nyaru, Sebenarnya Saya..

Tukang Bikin Heboh Akhirnya Ngaku, Ahok: Saya Nyaru, Sebenarnya Saya.. Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berkomitmen mengubah perusahaan minyak milik negara menjadi transparan.

Ahok, yang kerap membuat heboh, kali ini melakukan gebrakan dari dasar demi mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di Pertamina. Baca Juga: Ahok Bentuk Tim Khusus Bongkar Mafia Migas, Ini Kata Pengamat

Dalam sebuah Video bersama seniman Butet Kertaradjasa, Ahok bercerita tentang bagaimana ia mencoba mengungkap ide-ide dalam membenahi Pertamina.

"Pertama kita perbaiki itu adalah soal jenjang karir. Kalau dahulu di Pertamina itu dapat nilai bagus cuma boleh naik satu tingkat," katanya, seperti dikutip dalam channel Youtube Buter, Senin (19/10/2020). Baca Juga: Cie, cie, Ahok Titip Salam untuk Anies

"Jadi kalau orang mau jadi Vice President, orang mesti kerja mungkin di atas 20 tahun. Ini urut kacang, [...] Sekarang saya potong. Kita masuk yang kedua kali, kita tes, tadi baru rapat juga bahwa kalau kamu tes bagus juga bisa langsung loncat 4-5 kali."

Lanjutnya, ia juga bercerita, tentang lelang jabatan di Pertamina bagi siapapun karyawan bisa mengikutinya. Namun, ia lebih suka mengocok ulang seluruh SDM di Pertamina dengan melakukan tes.

"Saya maunya kocok ulang kayak di DKI dulu. Waktu di DKI kan ada 10 ribu apa 11 ribu jabatan struktur, kita pangkas tinggal 6 ribu kalau gak salah."

"Semua dikocok ulang tuh. Dilantik ulang di Monas. Nah maksud saya, harusnya begitu, baru kita bisa dapatkan terbaik dari yang terbaik."

Bahkan, ia juga bercerita bagaimana Ia menginginkan di Pertamina menggunakan sistem digitalisasi dalam hal apapun. Termasuk tandatangan yang bisa dilakukan dengan digital.

Tak hanya itu, Ahok juga mengubah kewajiban Komisaris yang tadinya rapat hanya 4 kali dalam setahun kini lebih sering.

"Kewajiban rapat itu hanya 4 kali dalam setahun sebetulnya dewan komisaris itu. Nah, kami rapatnya itu tiap minggu pasti sekali. Tapi faktanya karena banyak urusan direksi, kita kadang-kadang rapat seminggu 3 kali, 4 kali."

"Makanya ada yang ledekin, ini komut rasa dirut. Saya juga bercanda saya bukan komut rasa dirut, dirut nyaru komut gitu. Karena kita awasi kan," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: