Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perusahaan Konglomerat Chairul Tanjung Si Anak Singkong: Nasibnya Berbanding 180 Derajat

Perusahaan Konglomerat Chairul Tanjung Si Anak Singkong: Nasibnya Berbanding 180 Derajat Kredit Foto: CT Corp

2. Garuda Indonesia

Berbanding terbalik dengan Bank Mega, kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (Tbk) justru negatif pada semester I 2020. Bagaimana tidak, maskapai pelat merah itu tercatat merugi US$712 juta atau setara Rp10,34 triliun pada semester I 2020. Perlu diketahui, Garuda tercatat membukukan laba bersih sebesar US$24,11 juta pada semester I 2019 lalu. 

Merujuk ke laporan perusahaan di keterbukaan informasi, penurunan kinerja emiten BUMN itu sudah terjadi bahkan sejak awal tahun 2020, di mana Garuda tercatat mengantongi rugi US$120,1 juta pada kuartal pertama tahun ini. Kondisi tersebut diperparah oleh anjloknya pendapatan Garuda di tengah berbagai kebijakan pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia yang berimbas pada menurunnya jumlah penumpang.

Sampai dengan Juni 2020, Garuda hanya mampu membukukan pendapatan sebesar US$917,28 juta atau setara Rp13,3 triliun. Angka tersebut menurun 58,18% dari pendapatan pada Juni 2019 lalu yang mencapai US$2,19 miliar.

Kontributor terbesar atas pendapatan Garuda ialah diperoleh dari penerbangan berjadwal sebesar US$750,25 juta. Namun, capaian tersebut tercatat lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai US$21,5 juta. Kontributor pendapatan berikutnya adalah dari penerbangan tidak berjadwal sebesar US$21,5 juta, naik dari tahun sebelumnya yang hanya US$4,3 juta.

Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan Teknologi Informasi Garuda, Ade R. Susardi, mengungkapkan bahwa Mei 2020 merupakan periode di mana aktivitas penerbangan Garuda jatuh ke jurang terdalamnya. Kala itu, Garuda hanya mengoperasikan 30 penerbangan dalam sehari, hampir setengahnya merupakan penerbangan kargo. Kondisi tersebut dikatakan Ade mulai membaik pada Agustus hingga September 2020 ini.

"Sekarang rata-rata 7.000 sampai 8.000 per hari. Kita harapkan semua menjadi lebih baik, jumlah penumpang lebih banyak, hal itu yang bisa menyelamatkan Garuda ke depan," pungkas Ade secara virtual pada 3 September 2020.

Ia menambahkan, kinerja Garuda sangat terbantu oleh membaiknya aktivitas penerbangan domestik pada bulan-bulan terakhir ini. Walau diakui belum signifikan, setidaknya pasar domestik sudah mulai bangkit pada saat pasar internasional masih menghadapi banyak tantangan.

"Masing untung, kita punya pasar domestik yang cukup kuat dan besar. Walaupun di internasional banyak kendala, di domestik kita sudah mulai bangkit kembali," sambungnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: