Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dekat dengan Trump, Kim Jong-un Disebut Biden Seorang Penjahat

Dekat dengan Trump, Kim Jong-un Disebut Biden Seorang Penjahat Kredit Foto: AP Photo
Warta Ekonomi, Washington -

Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengkritik “hubungan baik” antara pemerintahan petahana Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un, menyebut Pemimpin Korea Utara itu sebagai penjahat dan membandingkannya dengan Hitler.

Menyebut Korea Utara sebagai “masalah”, Biden mengkritik pertemuan Trump dengan Kim Jong-un, yang menurutnya memberi legitimasi kepada Korut. Dia juga mengatakan bahwa saat ini AS berada dalam kondisi yang lebih berbahaya karena Korut telah berhasil mengembangkan rudal-rudal yang dapat mencapai wilayah AS.

Baca Juga: Debat Final, Biden Bombardir Trump Soal Rekening Bank di China

“Apa yang dia (Trump) lakukan? Dia melegitimasi Korea Utara, dia bicara tentang teman baiknya, yang adalah seorang penjahat, dan bicara bagaimana kita menjadi lebih baik. Dan dia (Kim Jong-un) memiliki rudal yang jauh lebih mampu menjangkau wilayah AS, jauh lebih mudah dari yang sebelumnya,” kata Biden saat berbicara mengenai Korea Utara pada debat calon presiden di Nashville, Tennessee, Kamis (22/10/2020) malam.

Trump mengatakan bahwa saat ini AS dan Korea Utara tidak dalam keadaan perang dan membela “hubungan baiknya” dengan Kim.

“Kita tidak sedang berperang. Kami memiliki hubungan yang baik. Memiliki hubungan yang baik dengan para pemimpin negara lain adalah hal yang baik," kata Trump. Namun, Biden kembali mengkritik langkah tersebut, membandingkan Kim dengan Pemimpin Nazi Jerman, Hitler.

"Itu seperti mengatakan kita memiliki hubungan yang baik dengan Hitler sebelum dia, pada kenyataannya, menginvasi Eropa," ujar Biden.

Dia kemudian mengatakan akan mengambil tindakan keras terhadap Korut dengan tidak melegitimasi negara itu dan menerapkan sanksi yang berat terhadap Pyongyang.

Isu pertahanan nasional AS, termasuk berkaitan dengan Korea Utara menjadi salah satu isu yang dibahas dalam debat capres AS, selain beberapa isu lain di antaranya penanganan pandemi Covid-19, kebijakan imigrasi, campur tangan asing dalam pilpres, sistem kesehatan, dan perubahan iklim.

Debat ini adalah konfrontasi langsung terakhir kedua capres sebelum pemilihan presiden 3 November. Lebih dari 43 juta warga AS telah memberikan suara mereka dalam pemilihan umum kali ini, baik melalui pos atau datang langsung ke tempat-tempat pemungutan suara (TPS) dalam pemilu awal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: