Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Astaga Naga! 99 Ribu Pekerja Jabar Kena PHK

Astaga Naga! 99 Ribu Pekerja Jabar Kena PHK Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Bandung -

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II /2020 menurun hingga minus 5,9%, lebih rendah dibanding nasional. Tercatat ada sekitar 1.972 perusahaan terdampak Pandemi COVID-19 dan 99.104 pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, 26,6% pengusaha kuliner merumahkan pegawainya.

Demikian diungkapkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat Atalia Kamil saat menjadi narasumber pada Konferensi Internasional Garcombs via online yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran, Minggu (25/10/2020).

Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, PII Bagikan Masker Kain & Paket Makanan Tambahan Balita

Istri Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ini mengungkapkan pandemi COVID-19 telah menyebabkan ribuan pelaku usaha di Jawa Barat terdampak. Bahkan tidak sedikit UMKM bangkrut dan beralih merintis usaha lain. Sekitar 37.000 UMKM di Jabar terdampak pandemi. Paling tinggi di Kabupaten Tasikmalaya. 

"Paling banyak Tasikmalaya karena rata-rata pelaku usaha bergerak pada bidang kerajinan dan kuliner," ujarnya.

Beberapa persoalan yang dialami UMKM saat  Pandemi COVID-19 diantaranya kesulitan mendapat bahan baku. Pasalnya, selama ini mereka mendapat dari lintas wilayah dan negara. Sementara pada awal pandemi, kegiatan produksi sempat tersendat.

Baca Juga: Sinyal dari Luhut: Vaksinasi Covid-19 di November Batal

Sedangkan yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 ini diantaranya produk pertanian, teknologi informasi dan distribusi.

"Makanya, banyak yang perlu kita dorong, agar ekonomi Jawa Barat kembali bangkit. Targetnya memang tahun 2023 ekonomi kita telah pulih normal kembali," ungkapnya.

Adapun Ketua Prodi Doktor Ilmu Manajemen Unpad Sulaeman Rahman Nidar menambahkan yang tidak kalah pentingnya dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru saat pandemi COVID-19 bagi kalangan usaha yaitu kaitanya dengan akses  keuangan. 

Selanjutnya, dibutuhkan perubahan management dengan cara melakukan digitalisasi pemasaran. Meskipun digitalisasi ini memerlukan biaya yang cukup tinggi.

"Solusinya adalah dengan cara meningkatkan soft skill, salah satunya berkolaborasi dengan pelaku usaha lainnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: