Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gelombang Kritikan untuk Macron dari Dalam Negeri: Tunda Beli Jet Rafale!

Gelombang Kritikan untuk Macron dari Dalam Negeri: Tunda Beli Jet Rafale! Kredit Foto: Dassault Aviation

Menhan RI Prabowo Subianto pada 22 Oktober 2020 lalu bertemu dengan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly. Mereka melanjutkan pembahasan kerja sama pertahanan yang sudah disepakati kedua negara pada 2017, meliputi tiga bidang, yakni operasional, pelatihan, dan kemampuan.

Prabowo dan Florence Parly sebelumnya sudah melakukan pertemuan pada Januari 2020. Dalam pertemuan tersebut, Prabowo telah melakukan pembicaraan lanjutan dengan Florence Parly untuk pembelian pesawat jet tempur Rafale, kapal selam Scorpene, dan korvet Gowind.

Baca Juga: Kritik Macron, Pemimpin Chechnya: Dia Paksa Orang Masuk Terorisme

Indonesia disebut ingin membeli 48 jet Rafale hingga 4 kapal selam Scorpene yang dipersenjatai dengan rudal Exocet SM39 dan dua korvet Gowind seberat 2.500 ton. Pembelian alutsista tersebut diperkirakan bernilai 25-28 miliar dolar AS.

Iqbal juga meminta Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI melayangkan nota protes pada Prancis. "Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan menjaga toleransi beragama serta perdamaian dunia, kami meminta Kemenlu RI untuk mengajukan protes keras terhadap pernyataan Presiden Prancis Emannuel Macron," ujar Iqbal.

Ia mengingatkan, Indonesia juga merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang mestinya juga mengimbau negara-negara agar menjaga perdamaian dunia. Ia pun mengecam pernyataan Macron yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Sebagaimana diketahui, Macron kembali mengeluarkan pernyataan yang berbau islamfobia terkait seorang guru dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya. Dia mengatakan, sang guru dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita.

Meski Iqbal menyatakan tidak setuju dengan cara main hakim sendiri kepada guru tersebut, ia menilai mestinya Prancis sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, tambah Iqbal, seharusnya memberikan pernyataan yang menyejukkan untuk menciptakan perdamaian antarnegara, bukan malah sebaliknya.

"Pernyataan Macron sangat berbahaya karena turut menyebarkan kebencian di antara masyarakat dunia," ujar Sekretaris Fraksi PPP itu menambahkan.

Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi mengingatkan kembali pesan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk mengenalkan Islam Rahmatan Lil alamin kepada semua orang. Masduki menyebut, Kiai Ma'ruf menilai tantangan umat Islam saat ini adalah mengenalkan Islam Rahmatan Lil Alamin atau Wasathiyah kepada orang yang keliru menilai Islam.

Salah satunya, kata Masduki untuk menjawab persepsi negatif masyarakat barat terhadap Islam. Karena itu, Masduki menilai, pandangan ini juga relevan untuk menanggapi sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam di Prancis.

"Saya kira itu tantangan yang selalu Kiai Ma'ruf sampaikan kepada umat Islam sehingga kalau ada yang baru seperti ini, mereproduksi pernyataan beliau masih relevan," ujar Masduki saat dihubungi, Selasa (27/10/2020).

Masduki pun mengulas kembali pernyataan Wapres mengenai pandangan masyarakat barat tentang Islam yang kerap dikaitkan dengan kekerasan atau teror. Hal ini menurut MasdukiĀ  lantaran gerakan Islamophobia yang terus bergerak, termasuk di Eropa. Karena itu, tantangan umat saat ini adalah bagaimana mengenalkan dan meluruskan Islam dengan wajah yang moderat.

"Islam yang rahmatan lil alamin itu dijadikan satu senjata baru supaya dipahami benar oleh masyarakat barat tentang Islam karena sejatinya Islam adalah rahmatan lil alamin, itu yang belum dipahami baik," katanya.

Karenanya, umat Islam di Indonesia juga mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan Islam Rahmatan Lil alamin dan Wasathiyah kepada negara lain. Dengan begitu, ia berharap penerapan Islam Wasathiyah di Indonesia bisa direplikasi ke negara lain termasuk di Perancis.

"Ini sebenarnya perlu, direplikasi ke berbagai negara negara lain, sehingga ini bisa menjadi bentuk yang mainstream dari pemahaman Islam di seluruh dunia ke depan dan itu diperkenalkan kepada masyarakat Eropa," ungkapnya.

Ia juga berharap masing-masing pihak menahan diri dan tidak mudah untuk menggeneralisasi semua orang, seperti kasus Macron dan penerbitan karikatur oleh Charlie Hebdo.

"Karena akan ada yang selalu saja orang-orang mempunyai paham yang seperti itu, tapi jangan dijadikan generalisasi. Kesalahan Macron adalah menggeneralisasi seakan-akan Islam itu orang-orang yang keras yang ada di Perancis," kata Masduki.

"Namun, kita memahami kenapa orang Islam di Perancis sangat keras, walaupun sebagian tidak. Karena memang perlakuan rasisme terhadap minoritas di Perancis khususnya muslim sangat keras juga," ujar Masduki.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: