Kritik Macron, Pemimpin Chechnya: Dia Paksa Orang Masuk Terorisme
Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, menganggap Presiden Prancis Emmanuel Macron menginspirasi para teroris dengan membenarkan penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad. Macron menganggap penerbitan kartun itu sebagai bukti hak kebebasan berbicara dan dilindungi di Prancis.
Kadyrov merupakan aliansi dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Kadyrov berpendapat setelah Prancis memperingatkan warganya yang tinggal atau melakukan perjalanan di beberapa negara mayoritas Muslim agar berhati-hati karena ancaman bahaya terkait kartun itu.
Baca Juga: Hina Agama Islam, Indonesia Kecam Aksi Macron
Masalah itu berakar pada serangan pisau di luar sekolah Prancis pada 16 Oktober di mana seorang pria asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.
Karikatur itu pertama kali diterbitkan oleh majalah satir yang kantornya di Paris diserang oleh pria bersenjata yang menewaskan 12 orang pada 2015. Kartun itu dianggap menghina Nabi Muhammad sehingga dikecam di penjuru dunia.
Kadyrov adalah mantan pemberontak yang mendukung kampanye militer Kremlin yang menumpas pemberontakan militan Islam di Chechnya dan wilayah Rusia. Dia mengabaikan fakta bahwa penyerang Paty lahir di Chechnya. Menurut dia, pelaku penyerangan dibesarkan di Prancis.
Dalam posting Instagram pada Selasa (27/10), Kadyrov mengatakan bahwa Macron salah mengarakterisasi kartun itu seperti kebebasan berbicara.
"Anda memaksa orang ke dalam terorisme, mendorong orang ke arahnya, tidak memberikan mereka pilihan apa pun, menciptakan kondisi untuk tumbuhnya ekstremisme di kepala kaum muda. Anda dapat dengan berani menyebut diri Anda sebagai pemimpin dan inspirasi terorisme di negara Anda," tulis Kadyrov yang mengarahkan pernyataannya pada Macron.
Macron memuji Paty sebagai "pahlawan pendiam" dan berjanji melawan "separatisme Islamis" di Prancis.
Diminta Reuters untuk berkomentar, seorang pejabat di kepresidenan Prancis mengatakan, "Kami tidak akan terintimidasi dan kami memberi tahu mereka yang menabur kebencian, yang dalam kasus Kadyrov, tidak dapat diterima."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: