Indonesia akan menikmati bonus demografi pada 2020-2030. Proporsi penduduk usia produktif di Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Bonus demografi akan bermanfaat bila tenaga kerja Indonesia mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik serta kompetitif.
Sayangnya, saat ini Indonesia diperkirakan hanya memiliki 13,4 juta tenaga ahli dan 113 juta tenaga non-ahli. Karenanya, perguruan tinggi dituntut memproduksi lebih banyak tenaga profesional.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Profesor National Egyptian E-Learning University, Sami Nassar, memaparkan tiga hal yang perlu dilakukan oleh universitas. Salah satunya, mengadopsi konsep pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Yaitu proses pendidikan yang dilakukan kapan saja dan di mana saja tanpa dibatasi oleh usia.
Baca Juga: Ajaran Megawati: Berpolitik Itu Bukan Melototi Survei!
"Pembelajaran sepanjang hayat bukanlah konsep baru bagi Universitas Pertamina. Sejak didirikan pada 2016, kami telah mengintegrasikan konsep pembelajaran sepanjang hayat dalam setiap program studi," ujar Rektor Universitas Pertamina, Prof Akhmaloka dalam sambutan secara daring acara wisuda ke-3 tahun akademik 2019/2020, Rabu (28/10/2020).
Kampus besutan Pertamina ini adalah satu dari sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang memberikan mata kuliah Critical Thinking dan Creative Problem Solving sebagai kelas wajib bagi seluruh mahasiswa.
Dengan penerapan pembelajaran sepanjang hayat, sambung Akhmaloka, wisudawan Universitas Pertamina tak henti belajar meski telah lulus kuliah. Sehingga lulusannya menjadi tenaga ahli yang siap pakai di dunia industri.
Hal itu dirasakan langsung Fikry Iqbal Fadhillah, wisudawan Program Studi Teknik Kimia yang kini berkarier sebagai Quality Assurance Officer di PT Mitsubishi Chemical Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: