Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS Soroti Belasan Tawaran Negosiasi Soal Tarif Trump, Ada Indonesia?

AS Soroti Belasan Tawaran Negosiasi Soal Tarif Trump, Ada Indonesia? Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan 15 tawaran perjanjian tarif dari berbagai negara yang menjadi mitra dagangnya. Hal ini mengikuti penundaan kebijakan terkait oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett mengatakan bahwa pihaknya tengah mengevaluasi semua tawaran negosiasi yang dilemparkan sebelum akhirnya diserahkan ke Trump.

Baca Juga: Dampak Tarif Trump, Ekspor Tambang RI Bisa Tertekan Jika Produksi Global Turun

“Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) telah memberi tahu kami bahwa ada sekitar 15 negara yang telah menyampaikan tawaran eksplisit. Kami sedang mempelajarinya, mengevaluasi, dan menentukan apakah cukup baik untuk diajukan ke presiden,” kata Hassett, dilansir Jumat (11/4).

Ia menambahkan bahwa para pejabat senior kebijakan perdagangan akan segera menggelar pertemuan penting untuk menyusun strategi negosiasi, dengan fokus pada negara-negara yang paling penting bagi AS.

“Saya memperkirakan akan ada banyak pergerakan dalam tiga atau empat minggu ke depan. Ini adalah proses yang sangat cepat dan bukan baru dimulai kemarin atau hari ini. Ini telah berlangsung cukup lama,” jelasnya.

Menurut Hassett, ada“inventaris besar dari kesepakatan-kesepakatan yang sangat dekat dengan garis akhir yang sedang difinalisasi oleh Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR).

Sebelumnya, Presiden Amerika Seriakt Donald Trump memberikan kelegaan dalam pasar global dengan menunda sebagian besar tarif baru selama 90 hari.

Baca Juga: Tak Akan Lawan Balik, RI-AS Negosiasi Lebih Lanjut Tarif Trump

Namun, hal tersebut belum sepenuhnya meredakan ketegangan perang dagang menyusul adanya kenaikan tarif ke China. Trump diketahui memutuskan untuk menaikkan tarif impor menjadi 125% untuk China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: