
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Sekjen DPP APKASINDO), Rino Afrino, mendesak pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menghadapi berbagai tantangan global yang berpotensi memengaruhi industri kelapa sawit nasional. Salah satunya adalah kebijakan proteksionisme dari negara-negara seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Rino menyoroti potensi koreksi harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global jika Presiden AS Donald Trump kembali memberlakukan kebijakan proteksionis.
“CPO merupakan komoditas global bersama minyak nabati lainnya, kita patut waspada. Bila harga CPO global terkoreksi, maka harga TBS (Tandan Buah Segar) petani juga akan ikut turun,” ujar Rino kepada Warta Ekonomi, Jumat (11/4/2025).
Baca Juga: Komisi VII DPR RI Dukung Hilirisasi Sawit untuk Pembangunan Ekonomi Nasional
Untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan industri, Rino meminta pemerintah segera merealisasikan rencana pengurangan beban ekspor, termasuk revisi terhadap bea keluar sawit dan berbagai pajak yang dianggap memberatkan.
“Kami juga mengusulkan ada enam regulasi yang harus segera diubah karena menghambat kesejahteraan dan produktivitas kebun sawit rakyat,” ucap dia.
Selain itu, Rino memperingatkan potensi risiko fiskal jika terjadi penurunan tajam harga minyak bumi. Hal ini bisa memicu kenaikan insentif biodiesel (B40) melalui Dana Sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), yang dikhawatirkan membebani anggaran serta mengganggu alokasi dana bagi program strategis lain seperti beasiswa anak petani, peremajaan sawit rakyat, dan pelatihan petani.
Dalam menghadapi tekanan global, ia juga menekankan pentingnya diversifikasi pasar dan peningkatan efisiensi di tingkat petani.
“Kami menghimbau para anggota untuk melakukan efisiensi pengeluaran dan menghindari pengeluaran yang konsumtif,” kata Rino.
Baca Juga: Suksesnya Bachtiar Karim Sang Penerus Perusahaan Sawit Musim Mas, Produsen Minyak Sunco
Meski demikian, Rino menyatakan optimisme bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mampu memberikan perlindungan maksimal bagi petani sawit Indonesia.
Ia menegaskan bahwa minyak sawit tetap menjadi pilihan termurah dalam konteks substitusi, sehingga sulit digantikan atau diimpor dalam jumlah besar ke dalam negeri.
Ia juga meyakini, meskipun tren proteksionisme global meningkat, posisi minyak sawit tetap kokoh sebagai bahan baku penting untuk makanan, bahan kimia, maupun energi.
“Industri sawit akan terus berlanjut karena konsumsi domestik dan global terus meningkat. Sawit akan terus sustain,” imbuhnya.
Menutup pernyataannya, Rino menyebutkan bahwa prioritas APKASINDO ke depan adalah menjaga stabilitas industri minyak nabati nasional melalui peningkatan daya saing, produksi maksimal, dan efisiensi biaya produksi.
“Karena sawit merupakan komoditas andalan Indonesia, wajib dipertahankan dan terus dikembangkan secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement