Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pancasila adalah Dasar & Ideologi Negara yang Tidak Boleh Diganti

Pancasila adalah Dasar & Ideologi Negara yang Tidak Boleh Diganti Kredit Foto: Humas MPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Fraksi Partai Nasdem MPR RI Taufik Basari mengingatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri di atas kesepakatan, yang dibangun secara bersama oleh seluruh golongan dan kelompok masyarakat yang ada saat itu. Karena itu kesepahaman  bersama tersebut harus senantiasa dipupuk suburkan, agar langgeng, tidak gampang dirusak oleh siapa pun.  

"Kesepakatan mendirikan NKRI ini harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali generasi muda. Bahkan, generasi muda harus mampu menjadi agen keutuhan NKRI, dengan selalu mempererat persatuan dan kesatuan juga menghalau masuknya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," Kata Taufiq Basari menambahkan.

Pernyataan itu disampaikan Taufik Basari saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di hadapan masyarakat Desa Setu, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten. Sosialisasi Empat Pilar itu terselenggara berkat kerja sama MPR dengan Komunitas Merah Putih Perumahan Puri Serpong 1,  Tangsel. Acara tersebut berlangsung di kompleks perumahan Puri Serpong 1 Tangsel Sabtu (31/10).  Tema yang dibahas pada acara itu adalah Implementasi Nilai-nilai Pancasila Untuk Restorasi Indonesia.

Baca Juga: Megawati Sentil Milenial, Gerung Pasang Badan Bawa-bawa Bintang Emon hingga Bung Karno

Sebelum merdeka, kata Taufik, Indonesia berbentuk suku-suku bangsa, kelompok masyarakat dan kerajaan. Kelompok-kelompok komunitas masyarakat, itu hidup  secara bersama dengan peran masing masing. Lalu, datanglah utusan dagang dari Belanda. Semula, niat mereka hanyalah untuk berdagang, tapi kemudian memonopoli perdagangan dan melakukan penjajahan.

"Hidup di bawah penjajahan itu ternyata tidak nyaman. Karena itu tumbuhlah kesadaran untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Namun, perjuangan mereka melepaskan diri dari penjajahan selalu gagal lantaran perjuangan yang dilakukan  bersifat sektoral," kata Taufik menambahkan.

Setelah berkali-kali gagal, maka timbullah kesadaran kolektif, mereka berjuang bukan untuk kelompoknya sendiri-sendiri, tetapi untuk kepentingan bersama. Kesadaran kolektif para pendiri bangsa, ini muncul bersamaan dengan lahirnya politik etik yang digagas pemerintah Belanda. Salah satu kesadaran kolektif, itu muncul dalam bentuk Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: