Presiden Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh yang dianggap berjasa bagi bangsa dan negara semasa hidupnya. Upacara penyematan gelar itu digelar di Istana Negara Jakarta, hari ini, dengan menerapkan protokol kesehatan.
Enam tokoh tersebut adalah Sultan Baabulah, Machmud Singgirei Rumagesan, Jenderal Pol (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Arnold Mononutu. Kemudian, Sutan Mohammad (SM) Amin Nasution dan Raden Mattaher bin Pangeran Kusin bin Adi.
Baca Juga: Tengku Zul Sebut Istana Jokowi Terasa Gempa Pas 10 November, FH Nyamber: Perasaanmu Saja
Pembacaan tanda gelar pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 117/TK tahun 2020 yang ditetapkan pada 6 November 2020. Pemberian gelar itu diwakili oleh waris ataupun keluarga.
Sekadar diketahui, Sultan Baabulah adalah Kesultanan Ternate di Maluku Utara yang banyak dikenal dengan jasanya berhasil mengusir Portugis dari wilayahnya di tahun 1575. Baabulah juga dikenal karena keberhasilannya membawa Kesultanan Ternate kepada puncak kejayaan di abad ke-16.
Tokoh lain adalah Machmud Singgerei Rumagesan. Tokoh perjuangan asal Papua Barat itu berperan ketika wilayahnya dijajah kolonial Belanda. Perjuangan Rumagesan berawal dari ketidaksenangan terhadap Pemerintah Belanda yang sewenang-wenang terhadap buruh di tanah kelahirannya.
Semasa hidup, Rumagesan pernah merasakan dinginnya malam di balik jeruji besi di Saparua, Sorong-Doom, Manokwari, Hollandia atau yang sekarang dikenal dengan Jayapura serta Makassar. Di balik jeruji besi dia gencar menyebarkan semangat nasionalisme dan pernah disebut juga Raja dari wilayah Sekar atau dikenal kini Kabupaten Fakfak.
Terdapat pula Jenderal Raden Said Soekanto, tokoh dari DKI Jakarta yang jadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia semasa pemerintahan Presiden Soekarno. Begitu juga dengan Arnold Mononutu adalah tokoh pergerakan dari Sulawesi Utara dan pernah menjabat Menteri Penerangan RI di masa pemerintahan awal Republik Indonesia.
Adapun pula Sutan Mohammad Amin Nasution tercatat sebagai Gubernur Sumatera Utara periode 1948-1949 dan periode 1953-1956, kemudian menjabat sebagai Gubernur Riau periode 1958-1960. SM Nasution begitu lekat arkonim panggilannya ada tokoh pergerakan Sumpah Pemuda dan aktif dalam organisasi Jong Sumatranen Bond (JSB) yang merupakan perkumpulan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatera.
Sementara, Raden Mattaher dikenal seorang panglima Perang Jambi yang terkenal dan ditakuti Belanda pada masa itu. Dalam banyak cerita sejarah, Raden Mattaher menguasai perang gerilya dan pertempuran maritim.
Semua peperangan di sepanjang Sungai Batanghari membuat Belanda takluk tak berdaya. Dikenal juga, sosok dengan segudang taktik gerilya, Raden Mattaher, mampu menggempur serdadu Belanda.
Oleh prajurit dan masyarakatnya kala itu, ia mendapat gelar 'Singo Kumpeh' yang bisa diartikan keberanian dia laiknya singa ketika maju dalam pertempuran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: