Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal BioNTech: Mitra Pfizer di Balik Keberhasilan Vaksin Covid-19

Mengenal BioNTech: Mitra Pfizer di Balik Keberhasilan Vaksin Covid-19 Ugur Sahin dan Ozlem Tureci, pendiri BioNTech. | Kredit Foto: Twitter/LiyaYuBerlin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan asal Jerman, BioNTech merupakan perusahaan bioteknologi yang dulu kurang dikenal. Semua itu pun berubah ketika Covid-19 tiba. Bersama dengan Pfizer, BioNTech sukses menciptakan vaksin Covid-19 yang keefektifannya hingga lebih dari 90 persen.

Kabar itu pun dipuji sebagai tonggak penting dalam perlombaan untuk memberikan vaksin yang dapat membantu mengakhiri pandemi virus corona.

Baca Juga: Tolak Dana Pemerintah, Vaksin Corona Pfizer Diprediksi Bakal Raup Triliunan Rupiah!

Dilansir dari CNBC International di Jakarta, Kamis (12/11/2020) BioNTech didirikan oleh pasangan yang kuat di kota Mainz, Jerman pada tahun 2008. BioNTech (dibaca: bye-on-tech) didirikan oleh pasangan suami istri Ugur Sahin dan Ozlem Tureci.

Baik Sahin dan Tureci adalah anak-anak imigran Turki. Ayah Sahin bekerja di pabrik Ford di Cologne sementara ayah Tureci adalah seorang dokter. Hingga mereka menikah dan mendirikan BioNTech, Sahin menjadi CEO BioNTech sementara Tureci adalah kepala petugas medis perusahaan.

Perjalanan bisnis mereka sudah dimulai sejak tahun 2001 ketika mendirikan Ganymed Pharmaceuticals, perusahaan bioteknologi Jerman yang berfokus pada pengembangan obat kanker imunoterapi. Pada 2016, perusahaan itu diakuisisi oleh Astellas Jepang hingga 1,3 miliar euro atau Rp21 triliun.

Pada saat itu, Sahin dan Tureci sudah mengerjakan BioNTech untuk mengembangkan rangkaian imunoterapi kanker yang lebih luas. Penelitian mereka berpusat pada molekul messenger RNA (mRNA), yang mengangkut instruksi ke bagian sel yang menciptakan protein.

BioNTech yang terdaftar di Nasdaq pada awal tahun ini telah melihat sahamnya melonjak lebih dari 230%. Kapitalisasi pasarnya pun hampir USD27 miliar (Rp382 triliun). Menurut surat kabar mingguan Welt am Sonntag, Sahinby dan Tureci sekarang berada di antara 100 orang Jerman terkaya.

Pada bulan Januari 2020, Sahin menginstruksikan perusahaannya untuk mencurahkan segala sumber dayanya untuk menangani virus corona.

BioNTech yang telah bekerja sama dengan Pfizer dalam vaksin flu kemudian setuju untuk kembali menjalin kerja sama dengan raksasa farmasi Amerika itu pada bulan Maret.

"Kami adalah perusahaan imunoterapi generasi berikutnya," kata Sahin kepada "Power Lunch" CNBC. "Teknologi di balik vaksin ini, teknologi messenger RNA, dan kandidat vaksin telah dikembangkan di Jerman." tambahnya.

Sahin kemudian menjelaskan bahwa BioNTech menangani pembuatan bets untuk uji klinis. BioNTech juga mengkhususkan diri pada sel-T, bagian penting dari sistem kekebalan, dan menyelidiki tanggapan kekebalan sel-T untuk vaksin ini.

Sahin menambahkan, sementara Pfizer menangani uji klinis di AS, BioNTech melakukan uji coba sendiri di Jerman. Ia menambahkan bahwa Pfizer bertanggung jawab untuk melaksanakan uji coba tahap akhir global yang menghasilkan pengungkapan kemanjuran 90%.

Namun, distribusi vaksin ini kemungkinan akan menjadi tantangan. Vaksin Pfizer memerlukan suhu penyimpanan minus 94 derajat Fahrenheit atau minus 34 derajat Celcius. Vaksin ini juga tidak dapat dikeluarkan lebih dari empat kali.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: