Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ibarat Besar Pasak dari Tiang: Hero Supermarket, Matahari, & Ramayana Tekor Berjemaah!

Ibarat Besar Pasak dari Tiang: Hero Supermarket, Matahari, & Ramayana Tekor Berjemaah! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Emiten ritel masih harus menghadapi tekanan bisnis sampai dengan kuartal ketiga tahun 2020. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan, tiga emiten ritel raksasa menanggung rugi bernilai fantastis per September 2020, yakni Hero Supermarket, Matahari, dan Ramayana.

Bahkan, kerugian yang ditanggung oleh salah satu emiten ritel tersebut membengkak hingga nyaris 5.000%. Lantas, seperti apa kinerja keuangan dari masing-masing emiten tersebut sepanjang sembilan bilan pertama tahun 2020 ini? Simak ulasan berikut ini. Baca Juga: Laba Perusahaan Konglomerat Pemilik Mal Anjlok Berjemaah, Yang Rugi Bandar Juga Ada!

1. Hero Supermarket

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) harus gigit jari pada awal paruh kedua tahun ini. Pasalnya, kerugian yang diderita HERO membengkak hingga 4.981,73% dari Rp6,68 miliar pada September 2019 menjadi Rp339,46 miliar ada September 2020. Baca Juga: Nasib Keuangan dan Saham Pemilik Pizza Hut: Ibarat Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga

Pendapatan perusahaan yang anjlok menjadi faktor utama yang membuat HERO semakin tekor pada periode ini. Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, pendapatan Hero Supermarket turun 27,7% dari Rp9,49 triliun pada September tahun lalu menjadi Rp6,86 triliun pada September tahun ini. 

Presiden Direktur Hero Supermarket, Patrik Lindvall, mengungkapkan bahwa baik bisnis groseri maupun kesehatan dan kecantikan terdampak signifikan oleh adanya pandemi pada kuartal III 2020. Dampak yang dirasakan oleh perusahaan adalah perubahan perilaku pelanggan dalam berbelanja dan pola permintaan produk serta penurunan kunjungan ke toko yang berada di dalam mal akibat pemberlakuan PSBB.

Ia menambahkan, rencana optimasi toko yang diterapkan sejak tahun sebelumnya juga turut memengaruhi penjualan eceran dalam bisnis groseri Hero Supermarket. Meski begitu, pihaknya berkomitmen untuk bisa mempertahankan posisi pasar kompetitifnya dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan relevansi penawaran kepada pelanggan.

"Dampak paling signifikan terhadap kinerja keuangan underlying berasal dari perubahan pola belanja pelanggan yang kini hanya berfokus pada belanja kebutuhan pokok serta adanya kenaikan harga barang. Selain itu, pembatasan jam operasional perdagangan di pusat perbelanjaan telah secara signifikan berdampak pada kunjungan pelanggan dan sangat mempengaruhi kinerja hypermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar yang merupakan penyewa utama dalam mal," pungkasnya secara tertulis dikutip pada Senin, 2 November 2020.

Selain penurunan pendapatan, kinerja keuangan perusahaan juga diperberat oleh lonjakan beban, terutama biaya keuangan yang naik dari Rp913 juta pada Q3 2019 menjadi Rp70,57 miliar pada Q3 2020. Pada saat yang bersamaan, penghasilan keuangan yang dikantongi Hero Supermarket pun menurun dari Rp6,13 miliar pada tahun lalu menjadi Rp937 miliar pada tahun ini. Kabar baiknya, beban usaha mengalami sedikit perbaikan dari Rp2,88 triliun menjadi Rp2,29 triliun.

2. Matahari Department Store

Tekanan bisnis serupa juga dialami oleh perusahaan ritel milik Lippo Group, yakni PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Matahari melaporkan, sepanjang kuartal III 2020, penjualan merosot tajam hingga 57,5% menjadi Rp3,3 triliun. Meski beban operasional mampu ditekan 29,3% pada periode yang sama, Matahari tetap harus merugi hingga Rp617 miliar per 30 September 2020.

CEO dan Wakil Presiden Direktur Matahari, Terry O'Connor, mengungkapkan bahwa anjloknya penjualan merupakan imbas dari penurunan jumlah kunjungan ke gerai semasa pemberlakuan PSBB. Guna mengurangi dampak pandemi Covid-19 yang lebih parah, Matahari pun melakukan restrukturasi bisnis, salah satunya dengan menutup permanen tujuh gerai format besar dan seluruh gerai khusus miliknya.

Pada saat yang bersamaan, Matahari membuka tiga gerai format besar. Sampai dengan saat ini, Matahari mengoperasikan 153 gerai di 76 kota di seluruh Indonesia dan berniat untuk mengakhiri tahun ini dengan portofolio sekitar 150 gerai format besar yang menguntungkan.

"Semua rencana pemulihan kami berjalan sesuai rencana, namun peningkatan kunjungan ke gerai kami tertahan oleh PSBB pada September 2020. Gerai kami terus menjunjung tinggi 5 Komitmen Matahari dan tetap melayani pelanggan dengan baik dengan protokol kesehatan yang ketat," pungkas Terry beberapa waktu lalu.

3. Ramayana

Senasib dengan Matahari, bisnis ritel yang dijalankan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga tertekan signifikan akibat pandemi Covid-19. Bagaimana tidak, Ramayana menanggung kerugian sebesar Rp95,22 miliar pada kuartal ketiga tahun 2020. Capaian tersebut berbanding terbalik dengan kuartal ketiga 2019 lalu, di mana Ramayana mencetak laba bersih sebesar Rp612,42 miliar.

Kerugian tersebut merupakan imbas dari amblasnya pendapatan perusahaan Ramayana sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020. Per September 2020, Ramayana membukukan pendapatan sebesar Rp1,90 triliun atau 57,01% dari September 2019 lalu yang mencapai Rp4,42 triliun. 

Dua sumber pendapatan Ramayana kompak menurun pada kuartal ini. Misalnya saja, penjualan barang beli putus kontribusinya terhadap pendapatan Ramayana turun dari Rp3,61 miliar pada September tahun lalu menjadi Rp1,56 triliun pada September tahun ini. Sumbangsih penjualan konsinyiasi terhadap pendapatan perusahaan juga menurun dari yang sebelumnya Rp808,22 miliar menjadi Rp334,90 miliar. 

Kinerja Ramayanan kian berat ketika periode ini Ramayana membukukan beban keuangan sebesar Rp2,48 miliar, sedangkan tahun lalu tidak ada. 

Meskipun begitu, Ramayana berhasil menekan sejumlah pos beban pada saat yang bersamaan. Beban pokok penjualan menurun 54,71% menjadi Rp1,1 triliun; beban umum dan administrasi turun 28,82% menjadi Rp818,76 miliar; dan beban penjualan turun 35,11% menjadi Rp188,35 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: