Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bikin Tepok Jidat, Tim Transisi Biden Kepayahan Mengakses Data Resmi Corona

Bikin Tepok Jidat, Tim Transisi Biden Kepayahan Mengakses Data Resmi Corona Kredit Foto: Antara/REUTERS/Jonathan Ernst
Warta Ekonomi, Washington -

Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden terus bergerak menuju kepemimpinan Amerika mulai 20 Januari, sementara Presiden Donald Trump masih mempermasalahkan hasil pemilu 3 November.  Ada sedikit komunikasi antara pemerintahan Trump dan tim Biden yang akan mengambil alih pemerintahan, termasuk mengenai tanggapan pemerintah terhadap Covid-19.

Namun, rasa frustrasi memuncak di kalangan Demokrat karena kurangnya komunikasi dengan Gedung Putih karena Presiden Donald Trump mempermasalahkan hasil pemilihan.

Baca Juga: Eks Pentolan The Fed, Janet Yellen Duduki Kursi Menkeu AS yang Baru

Salah satu masalah utama adalah respons pemerintah terhadap Covid-19.

“Tim transisi kami tidak mendapat akses ke pejabat badan-badan pemerintah untuk membantu kami mengembangkan berbagai rencana, dan ada banyak fokus pada rencana peluncuran vaksin yang penting pada hari-hari awal kepresidenan Biden. Kami tidak memiliki akses ke sana,” ujar Robert Klain, kepala staf Gedung Putih dalam pemerintahan Biden, seperti dilansir dari VoA Indonesia, Selasa (24/11/2020).

Menetapkan rencana distribusi vaksin secara nasional, kini menjadi prioritas utama. Perusahaan pembuat obat Moderna dan Pfizer melaporkan minggu lalu bahwa uji coba vaksin virus corona yang dilakukan telah menunjukkan kemanjuran lebih dari 90 persen.

Pfizer mengajukan permohonan izin darurat di Amerika Serikat, dan Moderna mengatakan akan melakukan hal yang sama.

"Tim Trump siap untuk mengirimkan vaksin dalam waktu 24 jam setelah persetujuan," kata Dr. Moncef Slaoui, kepala penasihat sains untuk program pengembangan vaksin pemerintahan Trump.

Tetapi, Slaoui mengaku khawatir informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan sebagian orang Amerika enggan mendapat vaksinasi.

“Saya sangat, sangat prihatin dengan keragu-raguan yang ada, dan saya kira sangat disayangkan karena hal itu diperburuk oleh konteks politik di mana padahal kami telah bekerja sangat keras dengan perusahaan-perusahaan dan ribuan orang yang terlibat untuk mengusahakan tersedianya vaksin,” kata dia.

Diketahui, kasus positif Covid-19 di Amerika telah melampaui 12 juta dengan sekitar 256.000 kematian. Menurut angka terbaru dari Universitas Johns Hopkins. Bagaimana drama politik yang kini berlangsung akan mempengaruhi responss vaksinasi masih belum diketahui.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: