Secara nasional, pertumbuhan tahunan BTN HPI tertinggi masih terjadi di Pulau Jawa dengan rata-rata pertumbuhan tahunan (yoy) lebih dari 4,24%. Sedangkan, indeks terendah triwulan III 2020 terjadi di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur yakni sebesar 143,32 dengan pertumbuhan (yoy) sebesar 2,71%.
Sementara itu, BTN HPI mencatat pada triwulan III 2020 terdapat tiga provinsi yang memiliki pertumbuhan harga rumah (yoy) di atas 5%, yakni Jawa Barat sebesar 5,76%, Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 5,21%, dan Sumatera Selatan sebesar 5,18%.
Di samping itu tercatat lima kabupaten dan kota dengan pertumbuhan (yoy) di atas 10% pada triwulan III 2020, yakni Jakarta Selatan sebesar 23,33%, Cianjur sebesar 19,65 persen, Batu sebesar 13,81%, Batang sebesar 12,58% dan Lebak sebesar 11,89%. Kabupaten/kota yang memiliki indeks di atas 5,00% didominasi oleh sejumlah kabupaten yang ada di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Baca Juga: Kontribusi Positif Biodiesel Sawit bagi Nasional dan Petani
"Secara keseluruhan bila mengacu pada pertumbuhan (yoy) berdasarkan kabupaten/kota, rumah di wilayah Jawa Barat menjadi yang signifikan pertumbuhannya. Hal ini disebabkan karena membeli rumah di wilayah Depok, Bekasi, dan Bogor relatif lebih murah bila dibandingkan membeli rumah di Jakarta. Selain itu, saat ini akses transportasi juga sudah memadai," tutur Pahala.
Lebih lanjut, untuk meningkatkan minat pengguna KPR, beragam upaya dilakukan BTN. Secara berkala, BTN menggelar program pelatihan untuk para developer, menyelenggarakan pameran properti secara virtual serta memberikan program khusus dengan para pengembang.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda, mengatakan adanya peningkatan pertumbuhan harga rumah di kuartal III-2020, mengartikan daya beli masyarakat masih ada.
"Di kuartal III-2020, pertumbuhan harga rumah mulai mengalami peningkatan meskipun belum membentuk pola yang stabil. Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya daya beli masyarakat masih ada. Melihat dari data dana pihak ketiga di perbankan mencapai Rp6.000 triliunan saat ini yang artinya daya beli masih cukup tinggi meskipun pembelian properti masih sangat selektif dan sebagian banyak yang menunda," kata Ali, Selasa (1/12/2020).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: