Jika inkubator tidak memiliki kapasitas mentoring dan coaching yang kuat, maka start-up, sebagai bayi yang dirawat, akan memiliki risiko tinggi untuk gagal dan kecil kemungkinan untuk sukses. Proses pendampingan, mentoring, dan coaching ini hampir menempati 60 persen dari keberhasilan proses inkubasi. Sedangkan yang virtual akan menjadi pelengkap untuk mempercepat peningkatan keberhasilan dan lebih mengefisienkan proses karena tidak semua start-up mempunyai jaringan terhadap mentoring. Keberadan management tools bagi para start-up di masa pandemi ini sangat penting karena memang mengharuskan dilakukan secara virtual.
"Saya harap Digital Incubator Playbook ini dapat memenuhi harapan pemerintah dalam pengelolaan inkubator dan harapan masyarakat untuk membangun ekonomi melalui proses inkubasi," ungkapnya.
William Gozali, Direktur Investasi BRI Venture mengatakan Ekosistem start-up di Indonesia sudah berkembang karena mereka sudah mulai berdiri selama sepuluh tahun. Jumlah kewirausahaannya sudah hampir full, bahkan sudah ada yang diakuisisi. Jumlah pendanaan juga semakin banyak hingga mencapai 10 juta dolar karena minat investor juga meningkat.
Dilihat dari sisi venture capital peluang start-up sudah mulai riel. Area pertumbuhnnya bagus di luar pertumbuhan finansial dan teknologi (fintech) karena kami mencari high growth sector.
"Kami melihat sektor edukasi, agrikultural, retail, transportation, health (EARTH) sangat bagus sehingga kami ingin memunculkan enterpreneur bukan hanya di Jakarta melainkan juga di daerah yang memiliki kearifan lokal masing-masing agar mereka bertumbuh. Aliran cashflow yang menarik dari start-up menjadi peluang bagi kami,"
Bagi inkubator, start-up, atau khalayak yang memerlukan buku ini, versi preview dapat diunduh via website mikti.id, sedangkan full version dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan ke e-mail [email protected].
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil